Pengungsi dari Eropa yang masih dekat di memori kita barangkali adalah pengungsi komunitas Yahudi yang melarikan diri dari kekejaman NAZI di bawah kepemimpinan Adolf Hitler di Eropa. Amerika menjadi destinasi mereka melarikan diri dari pembantaian tentara Hitler itu. Meskipun awalnya mereka ditolak dan bahkan dihinakan, kini mereka menjadi salah satu komunitas terkuat di negara ini.
Sebaliknya, warga kulit hitam (Afro Americans) datang ke Amerika bukan sebagai pelarian, melainkan dipaksa oleh penjajah Eropa di Afrika saat itu. Maka Afro Americans sejatinya tidak tepat dikategorikan sebagai imigran. Mereka hakekatnya budak-budak kulit putih yang didatangkan ke negara ini.
Dalam perjalanannya, Amerika tumbuh besar, berkembang dan sukses menjadi negara maju dan kuat. Hal itu tidak lepas dari keberadaan para pendatang yang berasal dari berbagai penjuru dunia itu bersama-sama membangunnya. Mereka telah memiliki sejarah dan hak yang sama sebagai bangsa Amerika.
Karenanya Amerika — mau atau tidak, menerima atau menolak, sadar atau tidak, berani atau phobia — secara nyata merupakan negara imigran. Kota New York dapat dikatakan sebagai kota paling metropolitan dan sekaligus paling ragam, tidak saja di Amerika tapi di dunia.
Secara ras, etnis, warna kulit, bentuk wajah, bahkan kultur, budaya dan agama, hampir semuanya ada dan menyatu dalam kesatuan bangsa dan negara Amerika. Maka sangat wajar jika istilah “United States of America” tidak hanya symbol kesatuan dari lima puluh negara bagian itu, tapi juga simbolisasi dari kesatuan sekaligus keragaman yang luar biasa.
Arogansi kaum putih
Pengingkaran atau pembalikan sejarah Amerika memang sangat terasa. Warga kulit putih yang sama-sama pendatang atau keturunan imigran Eropa, tiba-tiba terbalik dan seolah mereka adalah warga Amerika asli (pribumi). Sebaliknya siapapun yang berkulit non putih dipersepsikan sebagai pendatang atau non pribumi (imigran).
Pembalikan sejarah ini menjadikan warga kulit putih merasa memiliki privilege atau hak Istimewa dari warga lainnya. Dengan dukungan sistem (systemic support) mereka cenderung melakukan apa saja untuk menjadikan warga non kulit putih bukan sebagai warga Amerika yang memiliki hak setara. Pergolakan sosial di era 1960-an antara kulit hitam dan warga kulit putih menjadi catatan sejarah kelam Amerika.
Terpilihnya Barack Obama pada 2009 menjadi sejarah besar dalam perjalanan bangsa Amerika. Belum berselang lama sejak pergerakan warga kulit hitam di bawah pimpinan Martin Luther Jr, Amerika berhasil memilih seorang non kulit putih untuk menjadi presidennya. Hal ini harus menjadi sejarah kebanggaan bangsa Amerika.