Tidak hanya kesohor sebagai guru yang tegas, Kiai Mukhid juga sosok da’i, orator, dan penceramah yang tenar. Juga dikenal sebagai singa podium karena bahasanya yang lugas, jelas, dan berbobot. Beliau kerap diundang untuk memberikan ceramah di berbagai acara. Mulai acara rumahan, tabligh Muhammadiyah, sampai di berbagai forum-forum besar. Di sekitaran wilayah Batu hingga diberbagai luar kota di Jawa Timur.
Kiai Mukhid pernah berkata, “Modal utama guru adalah sholat Tahajud, seorang guru mempunyai tugas berbicara, barang siapa yang istiqomah menjalankan sholat Tahajud maka ucapannya akan berbobot”. Itulah resep agarapa yang disampaikan dalam ceramah bisa diterima pendengarnya,
Sholat Tahajud sebagai amalan utama yang sering ditekankan Kiai Mukhid kepada siapupun, terutama para guru-guru dikalangan Muhammadiyah. Ia merujuk pada janji Allah dalam Surat Al-Muzammil ayat 2-5, “Bangunlah (untuk sholat) di malam hari kecuali sedikit, yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat”.
Oleh karenanya, Kiai Mukhid hampir tidak pernah absen untuk mengisi sepertiga malamnya dengan menjalankan sholat Tahajud. Saat menghadiri undangan tabligh dan dakwah, Kiai Mukhid berpesan, “Janganlah membeda-bedakan undangan tabligh dengan melihat uang saku yang diberikan usai ceramah”. Beliau membuat ilustrasi, misalkan jika terdapat dua undangan tabligh. Hindarilah keinginan memenuhi undangan tersebut karena dasar besar dan kecilnya uang saku .
Seperti biasa, Hari Ahad 27 Desember 2015, Kiai Abdul Mukhid melaksanakan sholat jamaah di Masjid Al-Mujahidin, mendaras kitab, berbincang-bincang dengan keluarga. Tidak ada tanda-tanda tertentu yang cukup mengkhawatirkan. Meski pun sebelumnya beliau sempat dirawat di rumah sakit.
Esok harinya, Senin 28 Desember 2015, pukul 3.00 WIB, Kiai Mukhid menjalankan sholat Tahajud seperti biasanya. Pukul 03.40 WIB, usai menjalankan sholat sunnah, Kiai Mukhid masih dalam posisi duduk takhiyat, menunggu waktu sholat subuh tiba. Tepat pada pukul 3.45 WIB, tiba-tiba tubuh renta itu rebah. Ia tidak sadarkan diri. Ustadz Arif Saifudin yang berada disisi kanannya langsung membopong ayahnya. Kiai Mukhid segera dilarikan ke rumah sakit. Namun takdir berkata lain, KH. Abdul Mukhid, sesepuh Muhammadiyah Kota Batu yang kharismatik itu dipanggil ke haribaanNya.
Kiai Mukhid meninggal tepat setelah ia menjalankan sholat sunnah dan ketika menunggu waktu sholat subuh. Lebih istimewanya lagi, ia meninggal di Masjid, tempat yang sangat mulia. Sungguh, kematian semacam inilah yang banyak di idam-idamkan oleh banyak umat Islam.