Green Al-Ma’un dan Peran Muhammadiyah Membangun Peradaban dengan Menyehatkan Bangsa oleh Hasanuddin SPdI MSi
PWMU.CO – Isi kandungan Al-Qur’an harus dikejewantahkan dalam bentuk yang sebaik-baiknya di kehidupan yang nyata ini seperti , ibadah, akhlak, muamalah dan lain-lain. Untuk mewujudkan itu makanya Al-Qur’an harus dipahami secara menyeluruh dan disikapi dengan benar, yaitu dengan menjalankan segala ajaran-ajarannya bukan sebatas diimani atau dibaca saja.
Selebihnya, kita harus memperkaya ilmu keislaman dan komptemporer lainnya agar predikat sebagai khairu ummah tetap melekat dalam identitas umat bukan sebaliknya menjadi umat terbelakang atau termarjinalkan.
Menjadi umat yang terbaik secara tersirat sudah lama digaungkan dalam al-Quran, demikian pula di dalam hadis dan ilmu keislaman lainnnya banyak menyerukan agar umat berperilaku yang mencerminkan jiwa-jiwa yang berperadaban tinggi.
Namun demikian, penjiwaan umat Islam terhadap ajaran agamanya sangatlah tipis sehingga ruh agama tidak mampu membangkitkan spirit kemajuan dan tidak bisa menerangi di setiap inci kehidupannya seperti urusan ekonomi, politik termasuk lingkungan dan kesehatan. Masalah ekonomi, politik, wabilkhusus lingkungan dan kesehatan seolah bukan bagian dari ajaran agama. Kejumudan berpikir dan parsialisasi penghayatan terhadap agama menjadi penyakit akut pada saat itu.
Di tambah dengan penjajahan yang berlangsung berlarut-larut semakin memperkusam pikiran umat sehingga mereka tidak bisa berpikir jernih tentang kesyumulan (kesempurnaan) Islam.
Kelahiran KH Ahmad Dahlan yang kemudian mendirikan Muhammadiyah adalah anugerah yang besar untuk bangsa ini, bukan hanya warga Muhammadiyah namun bangsa Indonesia bahkan dunia secara luas. Beliau sangat menjiwai gagasan-gagasan berperadaban tinggi yang disinggung ajaran Islam sehingga dengan tangan dingin beliau muncullah di tubuh organisasi Muhammadiyah itu ada bidang yang mengurusi beberapa hal termasuk masalah lingkungan dan kesehatan.
Bagi beliau pesan moral yang termaktub dalam al-Quran, hadis, ilmu-ilmu yang lain bukanlah slogan kosong yang hanya manis di mulut namun tidak pernah diamalkan di alam nyata. KH Ahmad Dahlan mengkaji surat al-Ma’un secara berulang-ulang bukan tanpa alasan namun memastikan apakah surat yang pendek itu benar-benar telah diamalkan oleh murid-muridnya. Apa manfaatnya teori-teori segunung namun hanya seatom yang dikerjakan. Betapa besar kemurkaan Allah bagi orang yang mengatakan namun tidak mengerjakan (Q.S. As-Shaff:3).
Semeninggalnya beliau, gagasan yang “berkemajuan” itu terus mengepakkan sayap. Mulanya di satu titik namun mulai merambah ke berbagai tempat di Indonesia. Pemimpin-pemimpin Muhammadiyah, baik yang duduk di ranting, cabang, daerah, provinsi sampai pusat memegang teguh gagasan “berkemajuan” ini. Dan saat ini, gagasan-gagasan itu semakin berkembang dan termanifestasikan dalam berbagai bentuk amalan usaha yang hampir menyebar di seantero negeri.
Pada muktamar yang ke-46, konsep Islam berkemajuan resmi diputuskan dan menggagas salah satu program yaitu “Green Al-Maun”. Tujuan program ini adalah bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian alam. Konsep ini merupakan wujud kepedulian Muhammadiyah terhadap kerusakan sosial dan alam. Bagi Muhammadiyah menjaga lingkungan merupakan bagian integral dari agama Islam dan menjaganya adalah bernilai ibadah.
Di muktamar berikutnya, yakni di muktamar yang ke-47 konsep ini dilanjutkan dan dipertegas melalui salah satu badannya, Majelis Lingkungan Hidup yang mengusung cita-cita mulia yakni terwujudnya kesadaran, kepedulian dan perilaku ramah lingkungan warga Muhammadiyah dan masyarakat pada umumnya dalam rangka amar makruf nahi mungkar.
Muhammadiyah juga hadir dalam urusan kesehatan. Praktek pelayanan kesehatan Muhammadiyah semakin digenjot makanya di beberapa rumah sakitnya memiliki peralatan canggih dan modern. Tata kelola dan bidang-bidang lainnya senantiasa diperbaharui seiring dengan kemajuan zaman.
Di Sepanjang, Sidoarjo ada rumah sakit Muhammadiyah yang bernama Siti Khadijah yang dilengkapi fasilitas yang modern dan sumber daya insani yang profesional dan islami. Rumah sakit yang mempunyai visi menjadi rumah sakit terkemuka di Jawa Timur ini memberikan kesehatan yang unggul di bidang heart & stroke care, camcer care, uronefrologi care hematology & intensive care dan lain-lain.
Di Lamongan, ada rumah sakit Muhammadiyah yang berpredikat paripurna dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit, terus mengembangkan pusat layanan unggulan dengan peralatan kedokteran terkini antara lain microneurosurgery, phaco emulsifikasi, thulium holmium laser batu ginjal yang canggih, laparoscopy, endoscopy. Hampir setiap tahun, rumah sakit Muhammadiyah Lamongan menghadirkan peralatan medis terbaru, modern dan canggih sebagai fasilitas untuk mengobati pasien.
Agar lebih memuaskan para pasien dan pelayanan semakin baik, rumah sakit-rumah sakit tersebut mengadakan studi banding ke luar negeri dalam rangka menimba ilmu dan meng-upgrade karyawan seperti ke Taiwan, Malasyia, Iran, dan lain sebagainya.
Langkah-langkah ini akan terus dilakukan karena sesuai dengan motto bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi berkemajuan. Jadi harus terus bergerak dan bergerak. Mengapa semua itu harus dilakukan karena tingkat kesehatan Indonesia masih rendah daripada negeri-negara lain apalagi dengan negara maju seperti Jepang, Amerika, Norwegia dan lain-lain.
Muhammadiyah sudah berusaha dengan sebaik-baiknya dan dedikasi yang tinggi di ranah-ranah tersebut namun masih menyadari ada kekurangan. Makanya Muhammadiyah terus memajukannnya melalui lembaga pendidikan. Karena lewat pendidikan yang berkualitas akan tumbuh generasi-genarasi yang kompeten.
Kompeten mengelola lembaga pendidikan, ekonomi lebih-lebih kesehatan dan lingkungan. Kita harus berkaca dengan negara-negara yang paling ramah lingkungan seperti Denmark, Luxembourg, Swiss, Inggris, Perancis, Austaria, Finlandia, Swedia, Norwegia dan Jerman. Negara mereka bagus dalam kesehatan: kualitas udara, air, sanitasi, keanekaragaman hayati, habitat, hingga keberlanjutan lingkungan. Maka Muhammadiyah hadir untuk menjawab tantangan itu!
Editor Syahroni Nur Wachid