PWMU.CO – Sebanyak 150 santri kelas XII Madrasah Aliyah Al-Ishlah Sendangagung, Paciran, Lamongan turut melayat ke KH Mohammad Zuber Umar, tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang juga pengasuh Pondok Pesantren Ismailiyah Al Muhtadi.
Beliau wafat di kediamannya, jalan Suto, Sendangagung, Paciran, Lamongan, Jawa Timur, pada Kamis (14/11/2024).
Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala Staf Pengasuhan Pondok Pesantren Al-Ishlah, Ustadz Chirzin SP. Ia memimpin para santri berjalan kaki sejauh kurang lebih 500 meter dari Pondok Pesantren Al-Ishlah menuju rumah duka yang berada di kompleks lembaga pendidikan Ma’arif Suto untuk mengikuti prosesi pemakaman tokoh berpengaruh di Desa Sendangagung tersebut.
Santri Al-Ishlah tiba di area Langgar Suto, yang merupakan tempat almarhum dishalatkan, pada pukul 21.30 WIB. Sebelum berangkat, mereka disarankan untuk mengambil wudhu terlebih dahulu di Pondok Pesantren Al-Ishlah karena dikhawatirkan air wudhu di lokasi terbatas. Keterbatasan tersebut disebabkan karena kurangnya air bersih.
Ketua Staf Pengasuhan Santri, M Habib Chirzin SP menyampaikan bahwa aksi 150 santri ini merupakan bentuk empati kepada warga nahdliyin Sendangagung yang kehilangan sosok panutan mereka. Ia juga berharap kehadiran santri Al-Ishlah ke rumah duka dapat membuat mereka belajar berinteraksi dengan warga sekitar.
Sementara itu, warga Sendangagung merasa senang melihat ratusan santri Al-Ishlah turut berkabung dan menshalati jenazah tokoh karismatik mereka. Bahkan, saking penasarannya, beberapa warga ada yang bertanya untuk memastikan apakah benar santri yang hadir tersebut merupakan murid KH Muhammad Dawam Saleh.
Salah satu santri Al-Ishlah kelas 12 IPA 2 yang turut melayat, Muhammad Jamaluddin Ash Shidiqi mengaku sempat ditanya warga Sendangagung.
“Sampeyan sinten? (anda siapa),” tanya salah satu warga yang penasaran melihat rombongan pelayat.
“Kula saking Al-Ishlah (saya dari Al-Ishlah),” jawab putra pasangan Abdul Majid dan Ummu Shahifa ini.
Mengetahui bahwa santri Al-Ishlah turut mengikuti prosesi pemakaman sesepuh NU Sendangagung yang wafat diusia 90 tahun ini, membuat salah satu warga yang bertanya tadi merogoh sakunya dan memberi uang pecahan 50 ribu kepada M Jamaluddin.
“Iki Cung saitik, kanggo sangu jajan nok pondok (Ini Nak hanya sedikit, buat bekal jajan di pondok),” ucapnya sambil menepuk pundak sebagai tanda kagum dengan aksi santri Al-Ishlah ini. (*)
Penulis Gondo Waloyo Editor Ni’matul Faizah