Fase Ruh Manusia
Taufiq juga mengingatkan bahwa manusia menjalani beberapa kehidupan, yaitu fase Ruh, rahim, dunia, barzakh dan akhirat. Pada fase ruh manusia telah bersaksi bahwa Allah adalah Tuhannya sebagaimana disebutkan dalam QS Al-A’raf ayat 172.
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini”.
“Hiduplah menjadi pemain yang protagonis, bukan antagonis. Insyaallah yang protagonis itu banyak temannya,” sambungnya.
Taufiq juga mengingatkan, sebagai umat Islam kita harus menjalankan Islam Kaaffah. Ia lantas menukil QS. Al-Baqarah ayat 208.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.
“Islam Kaffah yang tidak setengah-setengah, dan mencakup semua aspek, yaitu akidah, akhlak, ibadah serta muamalah,” terangnya.
Implementasi Tauhid
Taufiq lantas menjelaskan terkait implementasi ayat tauhid. Misalnya, ada tauhid uluhiyah, yaitu hanya Allah yang dijadikan sesembahan. Lalu tauhid Rububiyah, yaitu meyakini bahwa yang memberikan dan mengatur kehidupan seluruh makhluk adalah Allah SWT.
Adapun tauhid asma’ was sifat yaitu mentauhidkan Allah bahwa hanya Dia yang memiliki sifat-sifat yang paling agung dan mulia.
“Sedermawan apapun seseorang jangan menyanjungnya berlebihan, karena akan menyelisihi tauhid asma’ was sifat,” terangnya.
“Kadang-kadang karena menganggap orang lain shalih, justru kita menyalahartikan, misalnya ketika orang tersebut sudah meninggal lalu kita berdoa di kuburannya dengan harapan orang tersebut menyampaikan doa kita kepada Allah,” tuturnya.
“Washilah hanya boleh dalam dua hal, yaitu washilah pada orang alim yang masih hidup. Contohnya kisah Uwais al-Qarni yang mana ketika Umar diminta oleh Rasulullah untuk mencari dan mendoakan Uwais karena birrul walidainnya kepada ibunya. Kedua, washilah dengan amal shalih, contohnya adalah Kisah pemuda yang terjebak dalam gua. Serta yang ketiga, washilah dengan orang tua kita,” terangnya.
Selanjutnya, Taufiq juga menerangkan bahwa tauhid adalah misi Rasulullah. Ia lantas membacakan QS An-Nahl ayat 36.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ
Artinya: Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Selanjutnya, masih terkait dengan tauhid, Taufiq lalu mengutip QS Az-Zumar ayat 65.
وَلَقَدْ اُوْحِيَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَۚ لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
Artinya: Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi.
Terakhir, dia menanggapi pertanyaan peserta terkait hukum berkunjung ke makam wali songo dan benarkah ada fenomena penglaris.
Taufiq lalu menjawab bahwa berkunjung ke makam wali songo boleh dengan niat untuk mengingat kematian, dengan catatan meninggalkan ritual-ritual yang bisa menjerumuskan pada kesyirikan yaitu pengkultusan para wali.
“Penglaris, ini pertanyaan kesekian ratus kali ditujukan kepada saya. Sering saya jawab, kalau dia memakai dukun, maka lawanlah dengan cara bangun di sepertiga malam untuk bertahajud,” tandasnya. (*)
Penulis Ain Nurwindasari Editor Ni’matul Faizah