PWMU.CO-Menteri Pendidikan Dasar Dan Menengah (Mendikdasmen) Prof Abdul Mu’ti menjawab beberapa pertanyaan terkait problematika pendidikan di Indonesia.
Beberapa pertanyaan tersebut dilontarkan dalam momen silaturahmi nasional (silatnas) LDK PP Muhammadiyah di gedung BPMP Jakarta, Selasa (12/11/2024).
Mu’ti menanggapi problematika pendidikan di Indonesia mulai dari kurangnya jumlah guru, belum meratanya kesejahteraan guru, hingga mewaspadai LGBT yang bisa berkembang di lingkungan sekolah.
“Problem guru kita sebenarnya bukan guru yang kurang, tapi penyebaran guru yang tidak seimbang. Ada sekolah yang gurunya berlimpah, ada sekolah yang gurunya kurang,” terangnya.
Selain itu, Mu’ti mencoba memberi harapan terkait pengangkatan guru agama.
“Guru agama mudah-mudahan bisa ikut PPG dan bisa ikut sertifikasi. Ini bagian dari meningkatkan kesejahteraan. Saya orang PAI, istri saya orang PAI, saya tau betapa beratnya ujian guru agama di sekolah,” ungkapnya.
Termasuk pengangkatan p3k yang mempersyaratkan persetujuan dari ketua yayasan bagi guru di sekolah swasta.
“Oleh karena itu, yang tidak mendapatkan persetujuan dari yayasan juga tidak bisa daftar p3k,” ucapnya.
Selanjutnya, Mu’ti menanggapi pertanyaan terkait kurikulum yang sering kali berubah.
“Kurikulum berubah itu biasa saja. Yang penting bagaimana guru bisa mengajarkan materi dengan tepat. Meaningful, Mindful dan Joyful. Untuk bisa itu harus deep learning approach. Salah satunya, materinya kita kurangi sehingga tidak berulang,” tegasnya
Ia menganalogikan kurikulum yang berubah dengan tafsir yang juga bisa berubah. Adapun yang tidak berubah ialah Wahyu.
Karena tafsir itu ra’yu (mengandung pendapat manusia) walaupun bernama tafsir bil ma’tsur (menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an maupun hadits).
Selanjutnya, Mu’ti menjawab keluhan guru terkait merebaknya LGBT yang disinyalir telah ada di lingkungan sekolah namun guru terkesan abai dengan fenomena tersebut.
Misalnya, membiarkan siswa laki-laki yang berperilaku agak feminim dan lebih suka bergaul dengan perempuan..
“LGBT itu masalah serius. Di kalangan anak muda terjadi pergeseran orientasi seksual yang sangat berbahaya,” tuturnya
Kedua menurut Mu’ti, mereka berpendapat menikah itu tidak penting. Mereka memilih menjomblo. Ketiga, ada kecenderungan child free. Itu memang pilihan tapi bermasalah dengan regenerasi umat.
“Beberapa kasus, misalnya penampilan di TV, itu sudah mulai dikurangi, tapi di medsos kan tidak bisa dikontrol. Dan kelompok pelangi itu aktif sekali. Waktu saya ke Toronto itu banyak di tembok memfasilitasi pernikahan sesama jenis, dan kampanyenya luar biasa,” ungkapnya.
Mu’ti mencontohkan, Di Austria misanya, sudah ada mengisi kolomya (identitas) sudah tiga. Male, female and others. Di forum internasional sudah seperti itu.
“Tantangan kita adalah membaur dengan mereka. Karena itu tantangan dakwah kita semakin kompleks, supaya kita tidak memproduksi da’i yang ‘alaa kulli syai’in qadiir,” tandasnya.
Penulis Ain Nurwindasari Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan