PWMU.CO – Sejarah Muhammadiyah diungkap oleh pelaku lansung sejarah Muhammadiyah Sendangagung di Upacara Milad ke-112 Muhammadiyah Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur, Senin (18/11/2024).
Dia adalah KH Munir Ahmad, sesepuh dan pelaku sejarah Muhammadiyah Sendangagung kelahiran tahun 1938, ia hadir dan memberi cerita sejarah Muhammadiyah di hadapan 800 peserta upacara Milad ke-112 yang digelar di halaman SMPM 12 Sendangagung jam 15.30 WIB.
Putra kedua pasangan Ahmad Bin Sento dengan Karinah ini mengawali ceritanya bahwa saat ini saksi hidup sejarah Muhammadiyah Sendangagung yang berdiri 7 Februari 1965 atau 7 Syawal 1384 tinggal dirinya dan adiknya Makshum Ahmad yang berada di Sendangagung.
“Muhammadiyah Sendangagung berdiri tidak lepas dari peran H M Affandi Ilyas (Probolinggo) dan Kiai Nur Salim (Blitar) dibantu warga lainnya seperti; almarhum H Abu Khoir dan almarhum Mudin Bajuri,” cerita ayah satu anak (Misbahul Muttaqin) ini.
“Saat ini Muhammadiyah Sendangagung sudah besar dan muridnya banyak berkat adanya KH Muhammad Dawam Saleh yang mendirikan Ponpes Al-Ishlah, dia (Kiai Dawam) juga pernah jadi murid saya di MIM Sendangagung, sebelum mondok ke Gontor” tutur suami Munikah ini.
Hadir dalam upacara ini sesepuh yang lain; Drs KH Muhammad Dawam Saleh, H Abdul Ghofar, H Ahmad Tohir, H Agus Salim Syukran MPdI dan dari Aisyiyah Hj Sri Kustantiyah, Dra Hj Muthmainah, Dra Hj Ariningsun, Dra Haryati Kasiyan, Hj Sri Asian SPd.
Warga sepuh kelahiran tahun 1950 an pun turut hadir dengan penuh semangat berdiri di bawah terik matahari, bahkan salah satu warga Aisyiyah ada yang pingsan sampai digendong dan di bawa ke tempat teduh dan segera dapat tindakan medis dari perawat klinik Al-Ishlah.
“Alhamdulillah klinik Al-Ishlah tidak jauh dari lokasi upacara sehingga kita mudah minta bantuan,” tutur Mukhlis Mubin, pria dempal yang dengan dua tangannya telah menggendong ibu Aisyiyah yang pingsan di lapangan. (*)
Penulis Gondo Waloyo Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan