PWMU.CO – Sejak awal berdiri pada 1912, Muhammadiyah menegaskan perannya sebagai organisasi yang bervisi mencerahkan masyarakat Indonesia. Tidak hanya bergerak di bidang keagamaan dan pendidikan, Muhammadiyah juga memainkan peran penting dalam konstelasi sosial-politik tanah air.
Berbeda dengan organisasi lain yang mungkin lebih fokus pada aktivitas keagamaan atau sosial semata. Muhammadiyah menawarkan sebuah konsep sosial-politik yang inklusif berkemajuan dan berbasis pada nilai-nilai Islam yang moderat.
Muhammadiyah dalam Demokrasi Indonesia
Muhammadiyah, dengan jumlah anggota dan simpatisannya yang besar, menjadi salah satu pilar civil society yang berpengaruh di Indonesia. Sebagai gerakan Islam modernis, Muhammadiyah tidak hanya mengajarkan Islam sebagai agama ritual. Muhammadiyah juga membawa faham yang menekankan pada pentingnya tanggung jawab sosial.
Dalam konteks demokrasi di Indonesia, Muhammadiyah meski memiliki posisi unik. Sebagai organisasi yang bersifat non partisan secara politik, tetapi justru sangat aktif untuk memberikan pengaruh moral pada proses-proses sosial-politik. Muhammadiyah hadir sebagai penjaga nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan dalam masyarakat, sekaligus menjadi suara yang mengingatkan para penguasa untuk tetap berpihak kepada kepentingan rakyat.
Kontribusi Muhammadiyahterhadap demokrasi di Indonesia dapat di lihat dari beberapa inisiatif yang ada. Di tingkat lokal hingga nasional, Muhammadiyah kerap terlibat dalam proses pengawasan pemilu, advokasi hak asasi manusia, dan pendidikan politik bagi masyarakat. Keberadaan Muhammadiyah sebagai pengawas independen dalam politik Indonesia tidak hanya memperkuat demokrasi, tetapi juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi yang objektif dan terpercaya.
Tantangan Muhammadiyah dalam Dinamika Sosial-Politik Kontemporer
Meski memiliki kontribusi besar, Muhammadiyah juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu tantangan utama adalah menjaga independensinya di tengah polarisasi politik yang semakin tajam. Ketika beberapa ormas Islam lain memilih berafiliasi dengan partai politik tertentu, Muhammadiyah tetap mempertahankan posisinya sebagai organisasi independen yang tidak terikat pada kepentingan politik praktis. Namun, tantangan ini tidak mudah mengingat adanya tekanan eksternal, baik dari pihak pemerintah maupun kelompok-kelompok politik. Mereka selalu mencoba memanfaatkan kekuatan massa Muhammadiyah untuk kepentingan tertentu.
Selain itu, arus radikalisme yang masih mengancam stabilitas nasional juga menjadi tantangan tersendiri bagi Muhammadiyah. Sebagai organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang moderat, Muhammadiyah sering kali harus menghadapi tekanan dari kelompok-kelompok yang memiliki pandangan lebih ekstrem. Dalam konteks ini, peran Muhammadiyah sangat penting dalam membentengi umat dari ideologi radikal yang dapat merusak tatanan sosial-politik dan persatuan bangsa.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Muhammadiyah perlu terus melakukan transformasi dalam pendekatan sosial-politiknya. Salah satu strategi yang perlu dilakukan yaitu memperkuat literasi politk. Dengan demikian wawasan kebangsaan di kalangan anggotanya, terutama generasi muda semakin meningkat. Generasi muda Muhammadiyah yang berdaya kritis akan menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan dan Islam yang inklusif. Mereka juga diharapkan mampu berperan sebagai agen perubahan dalam masyarakat, yang tidak hanya peka terhadap isu-isu sosial-politik tetapi juga aktif dalam memberikan solusi.
Selain itu, Muhammadiyah dapat memperluas jaringan kerjasama dengan berbagai organisasi internasional untuk mengampanyekan nilai-nilai Islam moderat di kancah global. Kolaborasi ini penting agar Indonesia, melalui Muhammadiyah, dapat berperan sebagai contoh negara Muslim yang mampu menjalankan demokrasi dengan baik. Dengan demikian, gerakan pencerahan Muhammadiyah tidak hanya berdampak pada masyarakat Indonesia, tetapi juga menginspirasi komunitas Muslim di berbagai belahan dunia.
Menjaga Konsistensi dan Relevansi di Era Digital
Di era digital, Muhammadiyah juga dituntut untuk adaptif dalam menyebarkan gagasan-gagasan kebangsaannya. Pemanfaatan media sosial dan teknologi informasi dapat menjadi sarana efektif bagi Muhammadiyah untuk menyampaikan pesan-pesan positifnya. Dengan strategi komunikasi yang tepat, Muhammadiyah dapat memperluas jangkauan dakwahnya, tidak hanya kepada anggotanya tetapi juga kepada masyarakat umum yang mungkin belum familiar dengan visi dan misi Muhammadiyah.
Namun, penggunaan media sosial juga memiliki tantangan tersendiri. Informasi yang tersebar di dunia digital sering kali bersifat cepat, dan tidak jarang disusupi oleh hoaks serta ujaran kebencian. Muhammadiyah perlu memiliki tim yang kuat dalam memonitor isu-isu digital, serta memberikan respons cepat terhadap disinformasi yang berpotensi merusak reputasi organisasi atau memecah belah umat. Dengan demikian, Muhammadiyah dapat tetap relevan dan konsisten dalam menyampaikan visi pencerahannya di era yang serba digital ini.
Karena itu, sebagai organisasi yang memiliki akar kuat dalam masyarakat, Muhammadiyah harus terus memperbarui pendekatan sosial-politiknya agar tetap relevan di tengah perubahan zaman. Di tengah maraknya isu-isu sosial-politik yang kompleks, Muhammadiyah diharapkan mampu mempertahankan menjaga integritas dan independensinya. Dengan memperkuat literasi politik, mengembangkan jejaring global, dan memanfaatkan teknologi digital, Muhammadiyah dapat terus berperan sebagai gerakan pencerahan yang berkontribusi pada terciptanya Indonesia yang berkemajuan.(*)
Editor Notonegoro