Dalam perspektif kebangsaan, kehadiran dan bargaining position Muhammadiyah dalam pembangunan bangsa sangat diperhitungkan. Pertanyaan selanjutnya, apakah ketujuh kader Muhammadiyah yang bergabung di pemerintahan ini sekadar untuk bagi-bagi “kue kekusaan”? ataukah murni karena profesionalisme?. Sebagai presiden, tentu Prabowo punya hak prerogatif dan berhak memilih siapa saja yang dikehendakinya.
Terlepas dari semua itu, karakter kepemimpinan dan ciri khas pengkaderan transformatif, amanah dan berkemajuan yang selama ini terbangun dalam tubuh Muhammadiyah menjadi cikal bakal lahirnya pemimpin yang siap berkontribusi bagi bangsa dan negara.
Melalui ketiga isu penting ini, sesungguhnya kian menunjukkan betapa peran sentral Muhammadiyah sangat strategis dalam kancah peradaban bangsa. Peran Muhammadiyah sebagai lokomotif peradaban sesungguhnya akan menjadi pilar dan penyangga tegaknya konstitusi ini. Ketika bangsa dan negara membutuhkan, Muhammadiyah dengan tangan terbuka hadir untuk memberikan solusi partisipatoris.
Dalam konteks global, peran Muhammadiyah sebagai organisasi keislaman berperan penting dalam mewujudkan perdamaian dan peradaban dunia yang harmonis tanpa diskriminasi.
Muhammadiyah menjadi representasi umat Islam Indonesia yang dapat menampilkan wajah Islam secara inklusif dan moderat.
Muhammadiyah berkomitmen untuk terus mendukung tumbuh-kembangnya proses demokratisasi dan kultur bangsa dengan tetap berpijak kokoh pada nilai-nilai keislaman yang sempurna.
Semoga diusianya yang ke-112, Muhammadiyah akan terus menghadirkan kemakmuran demi terwujudnya tatanan peradaban dunia yang adil, demokratis dan sejahtera. (*)
Editor Ni’matul Faizah