PWMU.CO – Halaman Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 20 Surabaya dipenuhi keceriaan pada Selasa (26/11/2024) pagi.
Para siswa kelas 1 sibuk mempersiapkan stand mereka yang menampilkan beragam jajanan tradisional dalam rangkaian kegiatan festival Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bertema Kearifan Lokal.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan jajanan tradisional Nusantara kepada generasi muda.
“Tujuan kami adalah agar anak-anak mengenal dan mencintai jajanan tradisional milik budaya Indonesia. Saat ini, banyak anak lebih menggemari makanan instan, padahal jajanan tradisional kita tidak hanya lebih sehat tetapi juga kaya akan nilai budaya,” ungkap Ustadzah Nikmah, guru kelas 1.
Belajar dan Berkreasi dengan Jajanan Tradisional
Dalam kegiatan ini, para siswa tidak hanya menyiapkan jajanan tradisional, tetapi juga mempresentasikannya di hadapan guru tamu, yaitu Ustadz Iir dan Ustadzah Erlin. Setiap kelompok diminta menjelaskan nama, bahan dasar, rasa, hingga asal daerah jajanan yang mereka tampilkan.
“Luar biasa! Siswa-siswi ini tidak hanya mengenal nama dan bentuk jajanan, tetapi juga tahu bahan dasar pembuatannya serta daerah asalnya. Ini sangat mengesankan,” puji Ustadzah Erlin.
Antusiasme terlihat dari para siswa, salah satunya Raisya. “Aku suka sekali dengan kegiatan ini. Hari ini aku mencoba klepon dan pukis, rasanya manis dan enak! Kegiatan P5 ini seru karena aku bisa mencicipi banyak jajanan enak,” ujarnya dengan semangat.
Melestarikan Warisan Budaya Nusantara
Festival ini menjadi puncak pembelajaran tema Kearifan Lokal selama semester 1. Dengan mengenalkan jajanan tradisional kepada siswa sejak dini, diharapkan mereka dapat menghargai, mencintai, dan melestarikan warisan budaya Indonesia.
“Kami ingin menanamkan rasa bangga terhadap kekayaan kuliner Nusantara. Melalui kegiatan ini, siswa-siswi diharapkan memahami bahwa jajanan tradisional Indonesia tak kalah enak dibandingkan makanan modern,” tutup Ustadzah Nikmah.
Festival P5 ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek tidak hanya memperkuat pemahaman siswa, tetapi juga menjadi sarana menyenangkan untuk menjaga kearifan lokal agar tetap hidup di tengah arus modernisasi.
Penulis Linda Hidayatul Maqfiroh Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan