Sharing session isu LGBT di Ponpes Al-Ishlah Sendangagung Paciran Lamongan, Selasa (3/12/2024). (Helmy Choiriyanto/PWMU.CO).
PWMU.CO – Pondok Pesantren Al-Ishlah Sendangagung Paciran Lamongan telah menggelar sebuah kegiatan sharing session yang membahas isu LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender).
Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan pemahaman yang lebih dalam kepada para ustadz, ustadzah, tentang bagaimana meminimalisir pengaruh LGBT di kalangan pesantren.
Acara ini berlangsung pada Selasa (3/12/2024) dengan terhadiri oleh lebih dari 50 peserta. Peserta tersebut terdiri dari ustadz, ustadzah, musyrif, musyrifah, dan pimpinan Pondok Pesantren.
LGBT Bukan Sekadar Tantangan Sosial
Kegiatan ini berawal dengan pembukaan oleh Bu Mut, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Al-Ishlah Sendangagung, yang menjelaskan pentingnya menjaga nilai-nilai agama dan moralitas dalam lingkungan pesantren.
“Isu LGBT bukan hanya tantangan sosial, tetapi juga tantangan bagi kita dalam menjaga generasi muda agar tetap berada pada jalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam” kata Bu Mut dalam sambutannya.
Narasumber dalam acara ini adalah Dwi Fitria Aini, beliau merupakan seorang konselor dan hadir bersama Helmy Choiriyanto sebagai asistennya. Beliau membahas sejarah dan pengertian LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender), hingga faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi orientasi seksual seseorang.
Tidak berhenti di situ, ia melanjutkan dengan macam penyimpangan seksual, simbol dan pola komunikasi kelompok gay serta strategi untuk menangani masalah LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) di kalangan remaja.
Dalam pemaparannya, Dwi Fitria Aini menekankan pentingnya pendekatan yang bijaksana dan penuh kasih sayang untuk membantu individu yang terpengaruh oleh isu ini. Tanpa mengabaikan aspek sosial, agama dan aspek lainnya.
Isu LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) merupakan sebuah gerakan yang berkembang pesat, namun seringkali dianggap tabu untuk dibahas di kalangan masyarakat. Padahal, penting untuk menyikapi isu ini dengan pemahaman yang tepat agar tidak muncul kesalahpahaman.
Peran Strategis Pondok Pesantren
Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki peran strategis dalam membentuk generasi yang bermoral, menjadi garda terdepan dalam menangani isu-isu sosial, termasuk LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender).
Sesi diskusi diikuti oleh para ustadz, ustadzah, musyrif, musyrifah dan pimpinan Pondok Pesantren yang berbagi pengalaman dan tantangan dalam memberikan edukasi kepada santri terkait pentingnya menjaga kehormatan dan moralitas sesuai ajaran Islam.
Beliau juga berdiskusi mengenai cara efektif untuk mengedukasi santri agar lebih memahami perbedaan orientasi seksual dengan perilaku yang dapat merusak nilai-nilai agama dan diskusi terkait bagaimana kebijakan internal Pondok Pesantren ketika ada kasus tersebut.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk meminimalisir pengaruh LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) di lingkungan Pondok Pesantren dengan memberikan pengetahuan yang berbasis pada ajaran agama. Serta strategi pendidikan yang mengedepankan pendekatan yang humanis dan inklusif.
Oleh karena itu, sangat penting bagi pondok pesantren untuk mengupas tuntas permasalahan terkait LGBT dengan pendekatan yang bijaksana, berbasis pada nilai-nilai agama. Juga, memberikan edukasi yang konstruktif untuk membentuk generasi muda yang berakhlak mulia dan memahami tantangan zaman dengan perspektif yang tepat.
Harapannya, kegiatan semacam ini dapat memperkuat pemahaman santri dan para pengasuh pesantren dalam membimbing generasi muda untuk tetap teguh pada ajaran agama.
Penulis Helmy Choiriyanto, Editor Danar Trivasya Fikri