Sistem ekonomi yang ditanam dalam UUD 1945 itu menurut Bung Hatta ialah ekonomi terpimpin. Dalam sistem ekonomi terpimpin pemerintah harus bertindak, supaya tercapai suatu penghidupan sosial yang lebih baik.
Penghidupan sosial itu harus berlandaskan keadilan sosial. Dalam masa penjajahan semuanya itu sukar dicapai karena semuanya bergantung kepada si penjajah. Tetapi setelah merdeka Indonesia dengan berdasarkan kedaulatan rakyat, semua itu dapat dilaksanakan secara berangsur-angsur dengan langkah yang tegap dan tekad kuat untuk melaksanakannya.
Peranan pemerintah dan politik kemakmuran sangatlah penting bagi usaha menghadirkan Indonesia berkemakmuran. Pak Prabowo Subianto dalam buku “Paradoks Indonesia dan Solusinya” tahun 2022, dengan tegas menyatakan, “Dalam membangun ekonomi, menyelamatkan negara, membangun kemakmuran, dan mengurangi kemiskinan, pemerintah harus menjadi pelopor. Pemerintah tidak boleh hanya menjadi wasit. Ini bedanya paham neoliberal dan paham ekonomi konstitusi”. Pak Prabowo yang kini menjadi Presiden Indonesia terpilih, bahkan sudah lama mengingatkan, “Penyakit yang paling mendesak dari tubuh ekonomi Indonesia saat ini adalah mengalir keluarnya kekayaan nasional dari wilayah Indonesia. Terlalu besar hasil dari ekonomi Indonesia yang disimpan dan dimanfaatkan di luar negeri”.
Karena itu betapa penting “political will” pemerintah dalam mengembalikan asas dan kebijakan politik ekonomi untuk “sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Agar perekonomian Indonesia benar-benar diperuntukkan bagi kemakmuran untuk semua. Kami percaya dengan spirit ekonomi kerakyatan berbasis kekeluargaan, gotong royong, keadilan sosial, dan Persatuan Indonesia, maka golongan ekonomi kuat dan mayoritas rakyat kecil di Republik ini dapat dipersatukan untuk membangun kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Kuncinya pada para pemimpin bangsa berjiwa negarawan dan pemersatu Indonesia!
YTH Bapak Presiden dan Hadirin yang kami hormati!
Negeri yang makmur selaras dengan pandangan Islam tentang negara ideal, “Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur” sebagaimana firmanAllah dalam Al-Quran Surat Saba ayat ke-15:
Artinya: “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka. Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun” (Q.S. Saba: 15).
Kaum Saba menetap di sebelah selatan negeri Yaman, daerahnya sangat subur. Hidup mereka makmur dan telah mencapai kemajuan tinggi. Mereka berhasil membangun “Bendungan Ma’rib” atau “Bendungan Al-Arim”, yang bekas arkeologinya ditemukan oleh peneliti Perancis tahun 1843. Setelah itu para peneliti lain menemukan beberapa batu tulis di antara reruntuhan Bendungan itu. Fakta sejarah itu membuktikan, dahulu kala di sebelah Selatan Yaman telah berdiri sebuah kerajaan yang maju, makmur, serta tinggi kebudayaannya. Namun karena ingkar kepada Tuhan akhirnya negeri Saba hancur dan jatuh peradabannya.