Warisan Spirit Teologis Kiai Dahlan
Pidato Haedar juga menyoroti nilai-nilai teologis yang diajarkan oleh Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Ayat-ayat al-Quran seperti Ali Imran 104 dan 110, Surat Al-‘Asr, serta Surat Al-Ma’un menjadi fondasi pembaruan dan inspirasi perjuangan Muhammadiyah.
Haedar menjelaskan bahwa konsep “masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” yang digagas Muhammadiyah telah memiliki tafsir resmi sejak Muktamar ke-37 di Yogyakarta pada 1968. Tafsir ini mencakup sepuluh ciri masyarakat Islam ideal, seperti kesejahteraan, ketertiban sosial, dan berkemajuan.
“Sayangnya, kita sering lupa membaca warisan ini, sehingga terus bertanya apa parameter Islam yang sebenar-benarnya. Padahal, jawabannya sudah dirumuskan sejak lama,” katanya.
Tafsir At-Tanwir
Dalam era modern yang penuh tantangan, Haedar menegaskan pentingnya tafsir teologis yang relevan. Tafsir At-Tanwir, yang menjadi karya monumental Muhammadiyah, bertujuan menyambung mata rantai inspirasi al-Quran dari Kiai Dahlan untuk menjawab kompleksitas zaman.
“Era kita jauh lebih kompleks dibanding era Kiai Dahlan. Namun, spirit dan visi beliau tetap relevan untuk membimbing Muhammadiyah ke masa depan,” tegas Haedar.
Pidato Haedar Nashir menjadi refleksi mendalam tentang perjalanan panjang Muhammadiyah dan tantangan ke depan. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan