PWMU.CO — Gelaran Tanwir Muhammadiyah 2024 yang dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, memasuki hari kedua dengan agenda strategis, Kamis (5/12/2024) di Universitas Muhammadiyah Kupang.
Selain laporan dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) dan organisasi otonom tingkat pusat, acara ini juga menjadi ajang refleksi terhadap peran Muhammadiyah dalam menghadapi tantangan nasional dan global.
Salah satu momen yang menarik perhatian adalah kehadiran Prof Din Syamsuddin, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2005–2015) sebagai peninjau.
Dalam sesi diskusi, Din memberikan sejumlah pandangan kritis tentang bagaimana Muhammadiyah dapat menghadirkan solusi alternatif bagi tantangan geopolitik dan geoekonomi dunia.
Menjawab Tantangan Sistem Dunia yang Merusak
“Dunia Islam saat ini menghadapi tantangan sistem dunia yang merusak, baik dari sisi geopolitik maupun geoekonomi. Muhammadiyah harus hadir dengan sistem alternatif yang Islami dan relevan,” ujar Din dengan nada tegas.
Ia mengingatkan bahwa Muhammadiyah pernah merintis gagasan besar tentang peradaban alternatif melalui konsep Al-Jadid As-Katawfi. Namun, menurutnya, konsep ini belum dirumuskan secara konkret.
“Ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi Muhammadiyah untuk menyempurnakan dan merealisasikan gagasan tersebut,” katanya yang dimuat dalam Pwmjateng.com.
Din juga menyoroti sebuah Memorandum of Understanding (MoU) yang pernah ditandatangani Muhammadiyah di Kuala Lumpur, berisi rencana strategis peradaban umat Islam dunia. Sayangnya, tindak lanjut dari MoU tersebut belum terlihat signifikan. “Kita harus kembali menyalakan semangat itu dan memastikan langkah-langkah strategis dilakukan,” tambahnya.