Ekonomi Umat
Selain isu peradaban, Din melihat potensi besar Muhammadiyah dalam penguatan ekonomi umat. Ia optimistis bahwa hasil nyata dapat diraih dalam waktu kurang dari lima tahun jika Muhammadiyah serius mengelola sektor ini.
“Kerja sama internasional menjadi kunci untuk membuka peluang ekonomi umat. Pasar global sangat terbuka untuk produk-produk berbasis nilai Islam, seperti kesehatan dan kosmetik halal,” jelasnya.
Sebagai contoh, Din mengisahkan keberhasilan Rizal, seorang pengusaha asal Korea Selatan, yang mempopulerkan merek kosmetik halal bernama Talent. “Ini bukti bahwa produk berbasis nilai Islam mampu bersaing di pasar global. Muhammadiyah harus belajar dari pengalaman ini,” kata Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Pondok Labu, Jakarta ini.
Namun, Din mengingatkan bahwa kolaborasi lintas sektor, baik dengan lembaga internasional maupun pengusaha muslim di berbagai negara, menjadi syarat utama untuk mengoptimalkan peluang tersebut.
Di akhir, Din menyampaikan harapan besarnya agar Muhammadiyah terus maju dalam pendidikan, ekonomi, dan dakwah global. Dengan sumber daya yang dimiliki, Muhammadiyah diyakini mampu menjadi pelopor peradaban baru yang lebih adil, inklusif, dan berbasis nilai-nilai Islam.
“Ini saatnya Muhammadiyah menunjukkan kekuatannya sebagai motor perubahan, baik di tingkat nasional maupun global. Kita tidak hanya bicara tentang masa depan Indonesia, tetapi juga masa depan dunia Islam secara keseluruhan,” tegasnya. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan