Oleh: M Din Syamsuddin (Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu, Peninjau Tanwir 2024)
PWMU.CO -Tema Sidang Tanwir Muhammadiyah di Kupang, 2024, Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua, menarik dan penting dibahas. Kemakmuran yang disebut dalam cita-cita nasional (Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur) berasal dari Bahasa Arab dan merupakan konsep Islam.
Secara harfiah kata makmur dalam bahasa Arab mengandung arti mendiami, hidup dan berpenghidupan, dan membangun. Karenanya, konsep kemakmuran berhubungan dengan al-muwathonah, yakni kewargaan dan kewarganegaraan. Maka pemakmuran adalah upaya bersama membangun negeri untuk kesejahteraan bersama.
Sebagai konsep agama, kemakmuran berdimensi lahiriah dan batiniah dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia dan masyarakat. Dalam kaitan ini, penghadiran kemakmuran perlu bersifat komprehensif dan totalistik meliputi keseluruhan aspek-aspek kehidupan bangsa.
Para pendiri bangsa sudah menerjemahkan perwujudan kemakmuran (sebagai konsep penting dalam cita-cita nasional) dengan baik dalam Batang Tubuh UUD 1945 (khususnya Pasal 33 tentang keadilan ekonomi). Sayangnya, amanat keadilan ekonomi ini sudah dirancukan dalam UUD 2002, dengan dirasukkannya elemen ekonomi liberalistik.
Maka penghadiran kemakmuran meniscayakan dikembalikannya UUD 1945 asli yang mengedepankan ekonomi kerakyatan atau keadilan ekonomi. Pada hal yang sama, dalam bidang politik, perlu penerapan secara murni dan konsekwen Sila Keempat Pancasila, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dalam hal ini dapat dikatakan: Tiada kemakmuran tanpa keadilan, dan tiada keadilan tanpa kejujuran.
Niat baik Muhammadiyah, melalui Sidang Tanwir 2024 untuk menghadirkan kemakmuran untuk semua, perlu difokuskan pada pelurusan konsep kemakmuran baik pada tataran teoritis maupun praktis.
Itu semua akan berhasil jika Muhammadiyah konsisten dalam perjuangan meluruskan Kiblat Bangsa dengan pertama dan utama menanggulangi kemungkaran struktural yang sudah mempengaruhi budaya bangsa. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah