Untuk meningkatkan kemampuan seorang Kepala Sekolah Muhammadiyah sebagai pendakwah, maka perlu memprioritaskan nara sumber dari Majelis Tabligh. Untuk mengisi materi dalam menggerakkan roda ekonomi sekolah, maka membutuhkan seorang yang ahli di bidang itu. Majelis Ekonomi perlu hadir sebagai pemateri. Terkait penguasaan teknologi mutakhir, kegiatan Diksuspala perlu menghadirkan pakar dari Pimpinan Muhammadiyah yang menguasai pengetahuan tentang teknologi.
Perlunya pemanfaatan secara optimal terhadap Pimpinan persyarikatan atau pemimpin majelis berlatar belakang pakar, serta memiliki pengalaman. Jangan memposisikan Pimpinan persyarikatan dan majelis hanya sebagai peninjau atau penonton, sedangkan di sisi lain menghadirkan nara sumber yang justru belum tentu memahami secara tepat kondisi dan tantangan daerah tersebut.
Pelibatan PTMA
Memperlibatkan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Perguruan Tinggi Aisyiyah (PTMA) dalam memakmurkan sekolah-sekolah Muhammadiyah sekitar sangat penting. PTMA dapat menjadikan sekolah-sekolah Muhammadiyah sebagai labschool (laboratorium sekolah) di daerahnya. Manfaatkan PTMA yang mempunyai banyak pakar yang berkorelasi dengan sekolah-sekolah Muhammadiyah, utamanya dalam bidang riset. Para pakar dari PTM itu tidak sakadar pakar dalam ilmu, tetapi juga berpengalaman dalam riset atau pengembangan ilmu.
Penyelenggaraan Diksuspala tidak perlu sentralistik dan berbiaya mahal. Oleh Penyelenggaraan Diksuspala dapat diselenggarakan di wilayah masing-masing dengan pemateri dari wilayah tersebut secara desentralisasi. Hal ini sangat menghemat biaya operasional. Juga dapat melibatkan semua sumberdaya manusia yang lebih memahami daerahnya dengan baik.
Sangat tidak efektif, misalnya harus menghadirkan pemateri dari Jawa untuk Diksuspala di Kalimantan Timur. Kecuali jika di wilayah itu tidak ada atau kekurangan pakar pendidikan yang hebat dari persyarikatan atau juga PTM, atau dari para industriawan dan ekonom. Jika Diksuspala diselenggarakan secara desentralisasi, maka tujuan utama kegiatan akan lebih tepat sasaran dan biaya operasional akan lebih meringankan dan terjangkau.
Pemateri Diksuspala juga perlu melibatkan guru atau kepala sekolah yang berkualitas. Banyak guru sekolah-sekolah Muhammadiyah yang sangat berkualitas, tetapi mereka tidak berkesempatan untuk membagikan ilmu dan pengalamannya. Hal ini perlu membuka lowongan (rekrutmen) bagi guru Muhammadiyah sebagai nara sumber Diksuspala, bukan sekadar asal kenal jarak jauh. Di seleksi secara gabungan (joint selection) secara bertahap sebagai nara sumber.
Hal Ini dibutuhkan untuk pemerataan peningkatan sumber daya manusia, sehingga tidak terkesan monoton pematerinya. Hasil seleksi dilanjutkan dengan training of trainer (TOT) selama satu bulan di Jakarta atau di tempat lain, selanjutnya dikembalikan ke wilayah masing-masing. Tentu mereka akan berkembang dan menjadi kebanggaan sebagai putra daerah. Semua akan terukur secara rigit, karena tidak melalui metode feeling (rasa).
Melibatkan guru sangat penting dalam Diksuspala, meski tetap diperlukan standarisasi. Hal ini dapat dilakukan secara profesional dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk PTMA. Semua yang mendaftar sebagai calon nara sumber harus memperoleh rekomendasi dari persyarikatan setempat. Sehingga suatu saat mereka meninggalkan sekolah karena bertugas, surat dinas tugas wajib disertakan.
Editor Notonegoro