Oleh Muhsin MK – Penggiat Sosial
PWMU.CO – Muhammadiyah merupakan organisasi yang memiliki pengaruh besar pada orang-orang yang telah mendapatkan sibghah atau celupan faham keislaman. Entah mereka memperolehnya melalui proses pendidikan formal di Lembaga pendidikan Muhammadiyah maupun secara informal, misalnya melalui pergaulan sehari hari dengan para tokoh dan aktifisnya.
Siapapun yang belajar dan menuntut ilmu di sekolah atau perguruan tinggi Muhammadiyah, kemudian mendapatkan pendidikan agama Islam dan meresapinya dengan baik, insyaallah akan tertarik dengan organisasi dan gerakannya. Begitu pula bagi mereka yang mengikuti pengajian-pengajian Muhammadiyah — entah di masjid, mushollah maupun dalam masyarakat — akan merasakan ada nilai plus darinya sehingga membuatnya tertarik untuk menjadi warga dan anggotanya.
Mereka yang sudah ter-sibghah ini, apabila berada dalam suatu lingkungan masyarakat yang tidak ada Muhammadiyahnya, mereka akan mencari tahu keberadaan Muhammadiyah di daerah tersebut berada. Jika ternyata tidak ada, mereka akan berusaha mencari kenalan, baik tetangga maupun yang tinggal di satu daerah yang sama untuk saling bersilaturrahim.
Orang-orang yang tertarik dengan faham dan perjuangan Muhammadiyah, apalagi menjadi aktifisnya, tentu akan berusaha mengadakan pengajian secara intensif. Karena melalui pengajian ini biasanya akan berlanjut dengan pertemuan-pertemuan antar mereka. Kemudian lahirlah ranting Muhammadiyah, biar masyarakat di lingkungan tersebut mengenalnya.
Karena syarat mendirikan ranting harus memiliki amal usaha, maka warga Muhammadiyah itu membuat program. Pembangunan tempat ibadah (masjid ataupun musholla) biasanya program yang pertamakali. Mendirikan tempat ibadah ini dilakukan secara swadaya dan mandiri, juga hasil tolong menolong dan gotong royong. Sebagian yang lain hasil bantuan donatur atau muhsinin.
Kegiatan pengajian warga Muhammadiyah merupakan bagian ruhul jihad atau ruhul dakwah dengan maksud memberikan semangat membangun dengan penuh keikhlasan dan pengorbanan. Bahkan dalam pengajian itu sendiri — seperti halnya pengajian KH Ahmad Dahlan kepada murid-muridnya — mereka dapat menghimpun kekuatan jiwa dan harta untuk pembangunan amal usaha untuk persyarikatan.
Karena itu, keberadaan Ranting Muhammadiyah selalu melekat dengan pengajian dan tempat ibadah. Karena dari pengajian ini muncul gerakan untuk merealisasikan hasil kajian menjadi amal saleh. Biasanya bentuk fisik (bangunan) dan non fisik (kegiatan persyarikatan yang memberikan maslahat, bukan hanya pada warga persyarikatan, melainkan pula pada masyarakat luas).
Melalui tempat ibadah ini diharapkan tumbuh jamaah dan warga Muhammadiyah yang taat dalam menjalankan ajaran Islam sesuai tuntunan Allah dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Masjid dan musholla dapat menjadi tempat pembinaan jamaah, agar mendapatkan wawasan luas sebagai bekal dalam melaksanakan tugas persyarikatan.
Amal Usaha Muhammadiyah merupakan hasil dari ngaji, yang kemudian menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya merealisasikan ajaran Islam dalam wujud yang nyata. Agar diri dan keluarga serta masyarakat sekitarnyabisa merasakan langsun . Meskipun tradisi kerjasama dan tolong menolong dalam menumbuh-kembangkan amal usaha itu seringkali diuji dengan keikhlasan dan kesungguhannya.
Kesadaran tentang keikhlasan dan pengorbanan — baik harta, tenaga dan pikiran — terpupuk dari pengajian yang intensif mereka ikuti. Melalui pengajian, mereka mendapatkan dari suri teladan dari para pendahulu. Termasuk keteladanan perjuangan dari Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam serta para sahabatnya, juga dari KH Ahmad Dahlan dan tokoh-tokoh Muhammadiyah lainnya.
Aktivis Muhammadiyah dalam setiap kegiatan membiasakan mewajibkan diri untuk Ikhlas berinfaq dalam bentuk iuran atau sedekah. Pada setiap kegiatan pengajian ataupun rapat organisasi, selalu ditekankan untuk berinfaq atau membayar iuran secara Ikhlas dan sesuai ketentuan yang ditetapkan rapat.
Warga Muhammadiyah bukanlah tergolong orang-orang yang bakhil atau pelit, termasuk dalam urusan uang. Ditambah biasa dan terlatih membantu dan menolong orang lain dalam masyarakat baik dalam bentuk makanan maupun materi yang lainnya. Di lingkungan masyarakatnya, warga Muhammadiyah terlibat aktif dalam kegiatan sosial. Mereka tidak menghindar jika mendapat amanat, misalnya ditunjuk menjadi ketua RT, RW dan lembaga masyarakat lainnya selama memberi maslahat, dan ada ruang untuk berdakwah.
Bila ada tetangga dan masyarakat yang tertimpa musibah, seperti sakit dan kematian, selalu berusaha untuk menjenguk dan takziyah. Jika ada masyarakat yang meninggal, bahkan turut menshalatkan hingga mengantarkan ke pemakaman.
Sebagai warga Muhammadiyah harus mengedepankan adab, akhlaq mulia dan sopan santun dalam pergaulan sehari-hari. Salah satu adab yang sangat berharga dalam masyarakat bagi mereka adalah sedikit bicara dan banyak beramal. Sebagai warga Muhammadiyah harus dapat menjadi uswatun hasanah dan suri teladan bagi lingkungan masyarakatnya. Apalagi keluarganya sakinah mawadah memberikan pengaruh kebaikan dan maslahat dalam kehidupan lingkungan sosialnya. Wallahu ‘alam.
Editor Notonegoro