Oleh: Moh. Helman Sueb – Pembina Pesantren Muhammadiyah Babat Lamongan
PWMU.CO – Allah Swt menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna (QS. At-Tin: 4), sehingga memiliki keistimewaan dibandingkan makhluk lainnya.
Manusia diciptakan dari setetes air mani yang bercampur, kemudian diberi pendengaran, penglihatan, dan petunjuk ke jalan yang benar. Namun, ada manusia yang bersyukur atas nikmat tersebut dan ada pula yang tidak bersyukur (QS. Al-Insan: 2-3).
Manusia yang tidak bersyukur cenderung menyimpang dari aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pada puncaknya, mereka berani menentang-Nya, kehilangan rasa takut, dan melupakan kebaikan-Nya.
Padahal, Allah telah menganugerahkan kelebihan seperti ilmu, harta, dan kedudukan. Bahkan, ada pula yang tanpa kelebihan-kelebihan tersebut tetap melanggar aturan-Nya.
Hal ini selayaknya menjadi pelajaran berharga bagi orang-orang beriman. Kita diingatkan untuk terus meningkatkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menghargai, dan menghormati sesama manusia. Prinsip ini dikenal luas dengan istilah memanusiakan manusia.
Memanusiakan Manusia
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita temui orang-orang yang sulit menghargai sesamanya meskipun memiliki kelebihan. Misalnya, tidak memberikan ucapan selamat kepada sahabat atau rekan yang berhasil meraih prestasi, mendapatkan promosi, atau menjadi lebih sukses.
Sikap ini sering muncul karena rasa takut tersaingi, kebencian, atau iri hati. Lalu, yang paling mendasar, hal ini mencerminkan kurangnya rasa syukur atas nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Memanusiakan manusia adalah kewajiban seorang mukmin. Dalam ajaran Islam, kita diperintahkan untuk menjaga hubungan baik, baik dengan Allah maupun dengan sesama manusia (QS. Ali Imran: 103).
Kedua hal ini sangat bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Ketika sikap ini menjadi karakter seorang mukmin, maka perbuatan tercela seperti menghina, merendahkan, atau berbuat semena-mena kepada orang lain dapat dihindari.
Bulan Desember sering disebut sebagai bulan muhasabah, waktu yang tepat untuk mengevaluasi diri, memperbaiki kekurangan, dan mengakui kesalahan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam QS. Al-Hasyr: 18:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam ayat ini terdapat dua perintah penting. Pertama, perintah untuk bertakwa setelah memiliki landasan iman, yang mendorong kita memperbanyak amal saleh. Kedua, perintah untuk bermuhasabah, yaitu menghitung kekurangan diri sebagai bekal menuju kehidupan akhirat.
Semoga pesan ini bermanfaat bagi kita semua.
Editor Zahra Putri Pratiwig