Wakil Ketua PDM Gresik, Drs KH Muhammad In’am MPdI, sebagai pemateri Kajian Bareng Spemdalas di Masjid Taqwa Spemdalas, Jumat (13/12/24). (Ichwan Arif).
PWMU.CO – Terdapat tiga hal penting yang para guru dan karyawan wajib miliki. Pembahasan tersebut berlangsung dalam Kajian Bareng Spemdalas di Masjid Taqwa SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik, Jumat (13/12/2024).
Hadir dalam kajian adalah guru dan karyawan Spemdalas. Adapun pemateri adalah Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik sekaligus Koordinator Majelis Tarjih dan Tajdid dan Lembaga Pengembangan Cabang Ranting serta Pembinaan Masjid, Drs KH Muhammad In’am MPdI.
“Panjenengan ini semua adalah garda terdepan pejuang persyarikatan. Maka sebagai seorang pejuang harus memiliki sifat dan sikap yang terpuji” ujarnya membuka materi.
Guru Jepang dan PD I
In’am kemudian memberikan ilustrasi begitu pentingnya peran guru. “Dulu pada PD I Jepang luluh lantak karena bom atom. Setelah itu, Kaisar Jepang tidak menanyakan berapa jumlah tentara yang masih hidup tapi yg ditanyakan berapa jumlah guru yang masih hidup” terangnya.
“Hal ini tentu menjadi pertanda betapa pentingnya kehadiran guru. Guru-guru tersebut dikumpulkan dan diberi motivasi karena para guru itulah yang akan menentukan masa depan Jepang” tambah In’am.
Selain itu, ia menjelaskan 3 hal penting yang harus para guru dan karyawan miliki. Antara lain:
- Keimanannya harus tertata dengan baik. Apabila amalan ternoda syirik, pahala akan menjadi sirna. Allah berfirman terkait peringatan para Nabi sepanjang masa.
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (Qs. Az Zumar: 65).
Nabi saja diingatkan seperti itu, apalagi kita. Oleh sebab itu, guru dan karyawan sebagai seorang yang beriman harus menjaga keimanan tersebut dengan baik.
- Menjaga ibadah dengan baik. Semua yang kita oerbuat dan lakukan akan menjadi ibadah sepanjang tidak melanggar syariat Allah SWT.
“Ibadah mahdhah ibadah khusus misal sholat, zakat, haji, berwudhu. Ibadah tersebut perintah, tuntunan, dan waktunya sudah ditentukan Allah melalui Rasulullah, kita tinggal melaksanakannya” tegas In’am.
“Sedangkan ibadah ghoiru mahdhah adalah ibadah umum yang perintahnya dari Allah sedangkan tuntunan dan waktunya menyesuaikan asalkan tidak melanggar larangan Allah SWT” tambahnya.
Tata Niat Karena Allah
“Ibadah yang bapak ibu guru dan karyawan lakukan di persyarikan, apalagi di lembaga pendidikan ini luar biasa. Anda semua mempunyai peran dan andil yang sangat besar. Apabila dijalani dengan baik akan menentukan kesuksesan masa depan bagi siswa-siswa.”
- Menata niat semata-mata karena Allah. Hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan pentingnya niat.
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ
Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya. Hal ini bermakna bahwa bila suatu perbuatan diniatkan karena Allah maka akan mendapat pahala dan kebaikan.
“Namun sebaliknya, jika perbuatan diniatkan selain kepada Allah, dia hanya akan mendapatkan apa yg diniatkan tersebut” tambah In’am.
In’am kemudian menceritakan kisah Ali bin Abi Tholib saat akan membunuh musuhnya. Pada saat berhadapan itu, wajah Ali diludahi oleh musuh tersebut. Ali kemudian meninggalkan musuh yg meludahinya tersebut.
Demi melihat perilaku Ali tersebut, para sahabat Ali berkomentar negatif kepada Ali karena meninggalkan begitu saja. Padahal, selama ini dia sudah menjadi incaran.
Ali menjawab bahwa karena ia diludahi, maka ia menjadi emosi. “Jika saya emosi maka saya membunuh tidak karena Allah. Sehingga saya tidak jadi membunuhnya” jelasnya.
“Sebagai seorang pejuang. Menjadi guru atau karyawan harus di-backup dengan niat tulus kepada Allah. Dengan niat tersebut, maka capek yang dirasakan akan menjadikan nikmat” tutur In’am.
Berkaitan dengan niat tersebut, lanjut In’am, Apabila para guru telah menjalankan tugas dengan baik, setelah itu mendapat hadiah, hal tersebut tidak apa-apa.
“Namun sebaliknya, jika dalam melaksanakan tugas hanya mengharapkan hadiah, hal tersebut akan melemahkan perjuangan. Sudah selayaknya jika kita hanya meletakkan pengharapan kepada Allah SWT” tandasnya. (*)
Penulis Fitri Wulandari, Editor Danar Trivasya Fikri