Ulul Albab
Sebagai gerakan dakwah dan tajdid, Muhammadiyah harus berada di garda depan untuk membawa perubahan, dan Haedar menekankan pentingnya Tafsir At-Tanwir dalam memandu langkah tersebut. “Muhammadiyah harus berada di garda depan sebagai kekuatan pembaharu dan kekuatan dakwah dengan segala role modelnya yang bisa dihadirkan,” ujarnya.
Dalam merumuskan tafsir dan keputusan-keputusan keagamaan, Haedar mengingatkan para ulama dan mufasir Muhammadiyah untuk tetap jernih dan menjadi sosok Ulul Albab – individu yang memiliki pemahaman yang mendalam, mampu menyerap berbagai pandangan, dan mengambil yang terbaik.
Haedar merujuk pada ayat Al-Quran, QS. Az-Zumar: 18, yang menyebutkan sifat Ulul Albab sebagai “allażīna yastami’ūnal-qaula fa yattabi’ūna aḥsanah” (mereka yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang terbaik).
“Jangan sampai kita merumuskan tafsir, merumuskan keputusan fatwa, dan lain sebagainya, terpengaruh oleh situasi yang membuat yang kita hasilkan tidak memberikan pencerahan,” pesan Haedar.
Ia mengajak para mufasir untuk memberikan alternatif pemikiran yang dapat menjadi suluh dan pencerahan bagi umat, serta menghindari pemikiran yang sempit atau terperangkap oleh situasi yang tidak konstruktif.
Pesan Haedar ini menegaskan bahwa peran tafsir dalam kehidupan keagamaan dan kebangsaan sangatlah penting, dan dengan sikap Ulul Albab, para mufasir Muhammadiyah diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam menciptakan peradaban yang lebih baik untuk Indonesia dan dunia. (*)
Editor Amanat Solikah