PWMU.CO – Prof Dr Sarkawi B Husain SS MHum, kader Muhammadiyah kelahiran Toli-Toli, 29 Juni 1971 ini resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga pada Selasa (17/12/2024).
Dalam pidato pengkuhannya, Sarkawi mengangkat judul “Kota Surabaya: Kota Pergerakan, Kota Revolusi, dam Amnesia Sejarah.” Ia menjelaskan perjalanan Kota Surabaya sejak bangsa Eropa masuk ke Nusantara.
Surabaya Kota Pergerakan
Bertempat di Aula Graha Mukti Kampus MERR-C, Sarkawi menerangkan bahwa Kota Surabaya menyimpan embrio pergerakan Nasional. Dari kota ini bermunculan berbagai organisasi sosial-keagamaan maupun politik. “Warga Surabaya yang memang sudah mengenal dunia pendidikan tidak kaget lagi dengan kemunculan organisasi-organisasi tersebut,” ungkapnya.
“Rumah HOS Tjokroaminoto yang terletak di Peneleh adalah tempat persemaian nasionalisme tersebut. Ketika Sukarno diterima di Hoogere Burger School (HBS) di Surabaya tahun 1911 misalnya, ia mengakui bahwa hidupnya banyak terpengaruh dari Tjokroaminoto,” lanjut Sarkawi.
Ia kemudian menyebutkan salah satu tokoh pergerakan lain yang berasal dari Kota Surabaya. “Selain Tjokroaminoto, kita juga mengenal dr Sutomo yang berkontribusi besar dalam pergerakan nasional. Sutomo merupakan Priyayi yang memilih mewakafkan dirinya pada pergerakan kebangsaan, dibandingkan mengabdi pada pemerintah kolonial,” ujar Sarkawi.
Surabaya dan Revolusi Indonesia
Kemudian, Sarkawi mengisahkan bagaimana perjalanan Kota Surabaya menjadi salah satu kunci dalam revolusi bangsa Indonesia melawan Sekutu. Ia menceritakan bagaimana rangkaian peristiwa 10 November di Surabaya menjadi titik krusial perlawanan Indonesia terhadap tentara Sekutu.
“Pertempuran Surabaya November 1945 memberi pengaruh yang luar biasa. Semangat arek-arek Surabaya melawan Sekutu tak hanya menyebar ke daerah lain, namun juga gaungnya menyebar hingga dunia internasional,” terangnya.
“Sebagai akibat dari pertempuran Surabaya itu, api perlawanan kemudian menyebar ke seluruh Jawa, dengan kecepatan bak ilalang dibakar api. Dari Surabaya perlawanan meluas ke Jawa Tengah dan Jawa Barat,” lanjutnya.
Amnesia Sejarah
Di akhir pidatonya, Sarkawi menyinggung bagaimana kini peristiwa sejarah kalah dengan berbagai problematika modern, sehingga masyarakat cenderung abai dengan perjuangan para pahlawan dahulu.
“Kita boleh mengecam invasi Rusia ke Ukraina, penjajahan Israel di Palestina, kamp konsentrasi Muslim Uyghur, dan bersimpati pada hak-hak muslim di India. Namun, kita seakan amnesia bahwa bangsa ini tumbuh dari berbagai peristiwa kelam nan-berdarah, pergolakan, pemberontakan, perang yang menelan ribuan korban jiwa, hingga pelanggaran HAM berat,” kata Sarkawi.
Selain Prof Dr Sarkawi SS MHum, Guru Besar lain yang dikukuhkan pada Selasa (17/12/2024) adalah Prof Helmy Yusuf SSi Apt MSc PhD, Prof Dr Nur Chamidah SSi MSi, Prof Dr Arifa Mustika dr MSi, dan Prof Dr Tuti Budirahayu Dra MSi. (*)
Penulis Wildan Nanda Rahmatullah Editor Azrohal Hasan