Perluasan Masjid Al Muttaqien
Keberhasilan perluasan masjid ini tak lepas dari itikad baik untuk mewujudkan fungsi masjid yang sebenarnya. Yaitu mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk kegiatan sosial yang berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat luas. Bagi Muhammadiyah, fungsi Masjid tidak hanya dalam konteks ibadah, tetapi juga dalam konteks sosial dan kemanusiaan.
Oleh karenanya, Majid Al Muttaqien juga melaksanakan kegiatan Jum’at berkah. Menyalurkan zakat dan infaq kepada yang berhak juga rutin dilaksanakan oleh takmir Masjid yang mulai dikenal luas oleh masyarakat ini. Tidak hanya untuk warga Muhammadiyah saja, tapi juga warga sekitar bahkan luar daerah sekalipun.
Pada acara peletakan batu pertama pembangunan tahap I dihadiri oleh Muspika, Danramil dan Kapolsek. dan Camat Krembangan, Harun Ismail mengatakan, kalau perlu (pembangunan Masjid Al Muttaqien ini) tidak sesuai dengan rencana, artinya misalnya targetnya satu tahun, ga sampai satu tahun sudah selesai.
Ucapan tersebut disambut dengan antusiasme oleh para hadirin yang turut mengucapkan InsyaAllah dan serentak mengiringi dengan teriakan Aamiin. Ucapan Bapak Camat tersebut cerminan dari takmir dan jama’ah dalam optimisme dan harapan agar pembangunan dapat diselesaikan lebih cepat dari yang direncanakan, dengan dukungan penuh dari semua pihak terkait.
Gotong Royong
Dengan berbagai jalan kemudahan atas karunia Allah swt, diperlukan usaha dan perjuangan dalam meraih tujuan mulia, kemaslahatan umat. Salah satu donatur yang kisahnya sangat menyentuh hati adalah Achmad Syafi’i (65) alias Cak Mad, seorang pengayuh becak. Ia dengan penuh keikhlasan, menjual becak yang setiap hari ia gunakan untuk mengais rejeki.
Hasil penjualan becaknya itu sepenuhnya ia sumbangkan untuk pembebasan tanah demi perluasan lahan parkir masjid. Betapa para donatur akhirnya tergerak untuk menyisihkan sebagian hartanya terpacu dengan semangat sang pengayuh becak itu. Kisahnya dimuat di PWMU.CO (https://pwmu.co/231458/03/12/kisah-inspiratif-jual-becak-agar-bisa-infak-perluasan-masjid-ini1/).
Seperti sungai yang terus mengalir meski batu-batu besar menghadang, perjuangan ini tak kenal lelah dan putus asa. Bahkan, ketika cobaan menerpa panita pembangunan masjid Al Muttaqien. Ketika bendahara pembangunan masjid berpulang ke Rahmatullah secara tiba-tiba. Beliau adalah M. Ikhwan Harum, seorang yang penuh amanah mengelola dana pembangunan.
Saat beliau berjalan pulang, selepas sholat shubuh berjama’ah beliau menghadap Allah Azza Wa Jalla. Dari masjid yang selama ini menyita waktu dan pemikirannya, sebuah masjid yang telah memompa semangatnya untuk terus berjuang mewujudkan impian membangun Rumah Allah swt yang memiliki berbagai kemanfaatan bagi ummat dan mampu menampung sebanyak-banyaknya jama’ah. Tiada yang diharapkan selain semoga beliau termasuk hamba yang syahid di jalan Allah swt. Kisahnya dimuat di PWMU.CO (https://pwmu.co/380260/09/25/muhammad-ikhwan-harum-pejuang-masjid-telah-tiada/).
Perjuangan
Dalam perjuangan ini, tak ada yang mudah. Perjuangan tiada henti bukan untuk diri sendiri, tetapi juga untuk ummat. Hal inilah yang membuat M. Yusuf selaku ketua panitia pembangunan bersemangat untuk meneruskan cita-cita Almarhum. Bak gayung bersambut, tekadnya yang kuat mendapat dukungan dari Jama’ah asal Lamongan. Berawal dari seorang Jama’ah yang hampir setiap hari melewati jalan raya Gresik-Surabaya untuk keperluan bisnisnya.
Jama’ah tersebut secara tak sengaja bertemu denga Haji Yusuf selaku ketua takmir, hingga akhirnya timbullah suatu keinginan mulia, Jama’ah ini ingin membangun masjid dua lantai. Dengan menggelontorkan dana ratusan juta rupiah untuk pembangunan Masjid tahap kedua, agar Masjid dapat meluas lagi fungsinya.
Ibu Bambang bersama saudara dan rekan-rekannya dari desa Sugiyo Lamongan, menyumbang dana hingga terbukalah jalan untuk pembangunan Tahap ke-II. Yaitu rencana pembangunan Masjid yang sejalan dengan keyakinan Muhammadiyah. Bukan hanya sekadar tempat shalat, tetapi juga menjadi pusat pendidikan dan dakwah.