PWMU.CO – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memiliki berbagai kegiatan khas dan menarik. Salah satunya Kuliah Sabtu Subuh (KSS) yang dilaksanakan rutin oleh bagian Pendidikan dan Pengajaran MKWK. KSS menjadi ekosistem pembinaan Al Islam Kemuhammadiyahan untuk memperkuat dimensi keilmuan, sosial dan spiritual. Adapun pada kesempatan itu, hadir Syamsul Arifin yang memberikan wawasan baru pada mahasiswa.
Diikuti lebih dari 3.000 mahasiswa luring dan daring, KSS mengkaji tentang Islam Berkemajuan Untuk Gen Z. Syamsul bercerita, sejak duduk di bangku kelas 3 SMP dahulu, ia bercita-cita menjadi seorang guru Agama.
“Dahulu, saya terinspirasi dari buku sejarah pendidikan Islam. Masjid di Madinah yang dibangun Rasulullah sangat multifungsi. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tapi juga tempat menimba ilmu. Masjid itu cikal bakal madrasah, cikal bakal pendidikan Islam, tempat mengembangkan ilmu pengetahuan,” katanya.
Menurut Syamsul, dari Masjid UMM inilah mahasiswa dapat membangun pengalaman keilmuan mereka. Selain itu, mahasiswa juga perlu memiliki pengalaman sosial. Dalam beberapa hal manusia secara fitrah butuh pembiasaan, sebagai misal shalat berjamaaah. Istilah jamaaah menjadi sarana mewujudkan social engagement. Yaitu, sebuah proses berkomunikasi dan keterlibatan dalam komunitas.
“Kegiatan shalat berjamaah ini penting untuk mewujudkan social engagement. Jadi, punya komunitas, punya social engagement, dengan berjamaah itu bikin sehat,” ungkap Syamsul.
Kuliah Subuh Buat Mahasiswa Baru
Syamsul juga menjelaskan mengenai QS. al Hasyr ayat 18. Mengutip konsep ketakwaan dari Muhammad Asad, ia menyebut bahwa kata taqwa sebagai God’s consciousness (kesadaran ilahiah) dan muttaqin sebagai all the God-conscious (orang-orang yang selalu sadar akan kehadiran Tuhan).
Sehingga, bertakwa adalah merasakan, menghayati kehadiran Allah di mana pun dan kapan pun manusia berada. Kesadaran Ilahiah adalah puncak pengalaman spiritual, dan tidak terwujud secara tiba-tiba. Melalui pembiasaan shalat dapat menjadi sarana menuju kesadaran Ilahiah ini.
Lebih lanjut, Syamsul kembali mengenalkan lima karakteristik Islam Berkemajuan dalam Muhammadiyah. Pertama yaitu Islam yang berdasar pada tauhid (al -Mabni ‘ala al -Tauhid), kedua Islam yang bersumber pada Alquran dan Sunnah, dan ketiga yakni Islam yang menghidupkan ijtihad dan tajdid. Kemudian yang keempat yakni Islam yang mengembangkan wastathiyah (Tanmiyat al-Wasathiyah) serta kelima yakni Islam yang mewujudkan rahmat bagi seluruh alam.
“Maka sebagai Gen Z yang hidup di era yang semakin kompleks ini, penting bagi anda memiliki etos muslim yang berkemajuan dan progresif. Basis pertama adalah tauhid selalu optimis kepada Allah. Membangun optimisme dengan pembiasaan shalat. Yang kedua, gemar membaca Alquran dan memanfaatkannya untuk kehidupa. Ketiga, anda harus berwawasan tajdid, critical thinking. Keempat dan kelima yakni sikap moderat dan menebar Islam rahmatan lil alamin,” tutupnya. (*)
Penulis Hassan Al Wildan Editor Amanat Solikah