Dakwah Aisyiyah
Sri Moxsa Djalamang, dalam kesempatan tersebut berbagi pengalaman Aisyiyah Banggai yang melakukan pendampingan bagi masyarakat suku pedalaman Loinang, di dusun Tombiobong.
“Yang dibawa bukan agama tetapi dakwah al-maun dengan perhatian mendalam sehingga mereka tergerak dengan kita,” ujar Sri Moxsa yang akrab disapa Kele Inang ini.
Menurutnya gerak dakwah yang dilakukan oleh Aisyiyah Banggai ini dimulai dari pendekatan dari rumah ke rumah yang ia lakukan dengan menggunakan bahasa setempat.
“Kurang lebih satu tahun kami setiap minggu datangm menanyakan kabar, membawakan sembako, menanyakan masak apa, sehingga kita tahu pola konsumsi mereka dengan pendekatan seperti ini kita bisa masuk kemudian mereka merasa nyaman dengan kita,” kisahnya.
Dari sana kemudian Aisyiyah Banggai melakukan gerak dakwahnya melakukan edukasi kesehatan, edukasi pangan, edukasi PHBS, pendidikan, perekonomian, hingga penyediaan air bersih. Hingga akhirnya dari kerja dakwah ini Aisyiyah Banggai mendapatkan penghargaan SDG’S Award 2024 dari pemerintah Indonesia.
Di Lahat, selain memberdayakan perekonomian perempuan marginal di 13 Desa, Aisyiyah juga menjadi pihak yang pertama kali melakukan pendampingan bagi orang muda dengan disabilitas untuk bisa diterima di dunia kerja. Melalui berbagai pelatihan dan menggandeng multipihak Aisyiyah membuka kesempatan magang dan kesempatan kerja bagi orang muda dengan disabilitas.
Di Muna Barat, Aisyiyah juga melakukan langkah advokasi untuk mendorong penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Pencegahan Perkawinan Anak. Selain itu juga mendorong pengadilan agama dapat menggelar sidang di luar pengadilan untuk memberikan akses bagi banyaknya pasangan yang belum mencatatkan perkawinannya secara resmi.
Perempuan sebagai Agen Perubahan
Gerak dakwah Aisyiyah ini dilakukan dengan menggerakkan perempuan-perempuan sebagai agen perubahan. Peran penting perempuan ini juga diakui oleh Rahmah Susanti dari PWA Kalimantan Barat yang melakukan Gerakan Hijau Lintas Sektor.
Menurutnya perempuan tidak hanya dapat melakukan pengajaran ramah lingkungan di keluarga tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menjadi penggerak lingkungan.
“Perempuan lebih cenderung mendaur ulang, meminimalkan limbah, membeli makanan organik dan produk berlabel ramah lingkungan, serta menghemat air dan energi di rumah tangga,” tambahnya.
Bukti nyata praktik-praktik baik kerja dakwah Aisyiyah ini menunjukkan komitmen Aisyiyah dan menunjukkan kontribusi perempuan dalam mendukung pembangunan Indonesia yang berkeadilan. (*)
Penulis Suri Editor Amanat Solikah