PWMU.CO – Dilansir dari web um-surabaya.ac.id Radius Setiyawan, seorang dosen Kajian Media dan Budaya di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), turut memberikan pandangannya terkait banyaknya penggemar K-Pop (K-Popers) yang ikut serta dalam aksi demo menolak kenaikan PPN sebesar 12%. Salah satu poster yang menarik perhatian dalam aksi tersebut menampilkan gambar Hanni Pham, anggota girl-group New Jeans asal Korea Selatan, dengan tulisan “Ketua Gen Z Tolak Kenaikan PPN 12 Persen – Hanni Pham”.
“Aksi-aksi ini membantah stereotip lawas yang selalu mengidentifikasi K-popers sebagai anak-anak muda doyan ribut di media sosial dan hiperbolis saat membahas idolanya. Pun mereka sering disalahpahami sebagai fanatik dan irasional,” tutur Radius Jumat (20/12/2024).
Radius menyatakan bahwa partisipasi penggemar K-pop dalam aksi demonstrasi mencerminkan bahwa K-pop tidak hanya sekadar hiburan semata. Ia berpendapat bahwa fenomena ini menunjukkan besarnya pengaruh budaya K-pop dalam membentuk perspektif terkait politik dan sosial.
“Maka dalam momen tertentu, K-popers acap kali menjadi sorotan media dan digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi atau menggiring opini publik baik dalam mendukung atau menentang kebijakan pemerintah karena popularitasnya sangat besar,” tambah Radius.
Radius menambahkan penjelasan mengenai alasan-alasan di balik keterlibatan penggemar K-pop dalam aksi demonstrasi. Salah satu alasan utamanya adalah ketidakpuasan terhadap pemerintah. Sama seperti kelompok sosial lainnya, penggemar K-pop turut merasakan dampak kebijakan pemerintah yang dinilai kurang memihak kepentingan masyarakat.
“Kita tahu bahwa K-pop adalah kelompok usia muda yang sangat aktif, menyuarakan pendapat menggunakan platform media sosial seperti Twitter, Instagram, dan TikTok. Mereka juga sangat dekat dengan aplikasi-aplikasi digital seperti Netflix, Spotify, tentu ketika ada isu kenaikan pajak ini akan sangat mempengaruhi habitus mereka dan merasa dirugikan,” tambahnya lagi.
K-popers Tolak Pajak 12%
Alasan berikutnya adalah tingkat kepekaan dan kesadaran sosial yang tinggi. Aksi protes untuk membatalkan PPN 12% mencerminkan bentuk ekspresi terhadap ketidakadilan sosial yang mereka rasakan, sekaligus menunjukkan tanggung jawab untuk berkontribusi memperbaiki situasi.
Radius menjelaskan bahwa penggemar K-pop memiliki hubungan erat dengan idolanya. Para idola K-pop sering memberikan pengaruh besar dalam kehidupan penggemarnya, baik secara emosional, sosial, maupun budaya. Hal ini mendorong penggemar untuk turut memperjuangkan perubahan, terutama jika idola mereka juga mendukung keadilan sosial atau hak-hak masyarakat.
“Hal inilah yang menciptakan solidaritas antara para penggemar dan idola, yang berujung pada sebuah gerakan sosial dan politik,” jelasnya.
Radius menambahkan bahwa aksi ini mengungkapkan peran penggemar K-pop yang tidak hanya sebagai konsumen budaya, tetapi juga sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Ia juga menekankan bahwa keterlibatan ini mencerminkan meningkatnya partisipasi politik di kalangan generasi muda.
“Penggemar K-pop yang biasanya tidak terlibat dalam kegiatan politik kini menjadi lebih sadar akan pentingnya suara mereka dalam menentukan arah negara,” tutup Radius. (*)
Penulis Amanat Solikah Editor Azrohal Hasan