Oleh Dinil Abrar Sulthani – Penasihat Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Turki
PWMU.CO – Hidup terus berjalan dan tidak boleh berhenti. Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari harus berisikan berbagai aktivitas atau kegiatan yang bernilai dan bermanfaat. Untuk mendapatkan hidup yang bernilai dan bermanfaat itu syaratnya bagi seorang Muslim adalah menjaga iman. Karena iman merupakan dasar dalam beramal dan berkegiatan sehari-hari.
Menjaga iman dengan seutuhnya dapat dibahas dalam tiga bagian penting. Pertama, memperbanyak ilmu agama. Konsep memperbanyak ilmu ini melalui usaha serius untuk mengikuti kajian-kajian keislaman — baik offline maupun online, mendengarkan nasihat dari teman-teman baik, dan gemar membaca buku atau tulisan agama. Usaha ini harus melakukannya secara konsisten, agar mampu memberikan pengaruh positif pada penguatan iman.
Kedua, peran shalat menjaga iman. Menjadikan shalat sebagai usaha mendekatkan diri kepada Allah. Semakin dekat dengan Allah akan semakin menambah ketebalan iman kepada-Nya. Shalat merupakan cara utama berkomunikasi langsung dengan Allah tanpa perantara apapun dan siapapun. Shalat mengandung makna doa, sanjungan, permohonan, harapan yang kepada Allah. Berdasar makna yang baik itu, semoga Allah meridhoi iman agar tetap bersemayam dalam hati sampai hayat.
Ketiga, syukur dan sabar menjalani tugas. Konsep Syukur dan sabar merupakan konsep terpadu dalam menjalankan tugas dan aktivitas serta profesi dengan nilai keimanan. Karena dalam hidup ini, selalu menghadapi situasi terkait susah-senang, problem-solusi, tantangan-peluang, sakit-sehat, dan sejenisnya. Dengan menjalankan konsep syukur-sabar, maka dapat menjadi prinsip hidup dalam menjaga keimanan.
Misalnya, saat mendapati kesusahan atau mengalami problem atau menghadapi tantangan atau menderita sakit maka dengan konsep sabar diri terlatih untuk bertahan dan percaya bahwa Allah sudah mempersiapkan sesuatu yang baik bersamanya. Kesabaran ini mendapatkan hadiah berupa ketenangan dan kedekatan dengan Allah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang sabar (QS Al-Baqarah/2:153).
Sebaliknya, jika saat mendapati kesenangan, menghasilkan solusi, menemukan peluang, atau dalam keadaan sehat maka dengan konsep syukur, diri terbiasa untuk berterimakasih kepada Allah atas nikmat dan mempergunakannya untuk kebaikan selanjutnya. Semakin berterimakasih kepada Allah maka nikmat akan bertambah, hal ini sesuai janji Allah dalam Qs. Ibrahim/14: 7)
Pertanyaan penting yang perlu diulang, “apa itu iman?” Secara sederhana iman dapat bermakna keyakinan teguh untuk mengakui Allah sebagai Tuhan yang layak, wajib, dan patut disembah dibanding yang lain. Membuktikan keyakinan teguh itu dengan perbuatan, baik secara lisan maupun pebuatan amal saleh. Karena pada dasarnya, iman dapat berarti pembenaran dalam hati, pengakuan secara lisan, pembuktian dengan perbuatan dalam lingkup penghambaan kepada Allah.
Pertanyaan penting selanjutnya, “mengapa perlu menjaga iman?” Karena pentingnya menjaga iman bertujuan untuk membentuk karakteristik pada umat Islam, yang dalam hidupnya keberagamaannya sampai akhir hayat. Iman menjadi perisai hidup dari gangguan dan godaan yang menjebak kepada keburukan diri. Iman menjadi pengingat bahwa hidup perlu bermakna dengan kualitas amal yang bermanfaat di dunia dan jariyah ke akhirat. Karena, iman menjadi bukti hakikat kesadaran diri bahwa manusia adalah makhluk (ciptaan) yang wajib tunduk dan taat kepada Sang Khaliq (Pencipta).
Dengan demikian, menjaga keimanan adalah usaha serius membentuk kepribadian Islami. Hal ini juga sejalan dengan tujuan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM). Bahwa kepribadian warga Muhammadiyah adalah berprinsip kuat dalam menyatakan bahwa karena Allah, menjaga iman seutuhnya. Karena itu, marilah kita menjaga iman sekuat tenaga, marilah kita hidup dengan iman dan mati juga dengan iman. Menjaganya yaitu dengan selalu menghadirkan Allah dalam setiap aktivitas.
Editor Notonegoro