PWMU.CO – Masih tak percaya bahwa namaku disebut oleh Mas Muh Kholid AS, Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi (LIK) PWM Jatim, sebagai salah satu dari tiga kontributor PWMU.CO yang berhak mendapat kesempatan ke luar negeri.
“Apakah benar aku?” tanyaku lirih.
“Lho iya lho Mbak, beneran ini,” jawab Iiz, temanku, juga peserta, yang duduk bersebelahan, sambil menggoyang-goyangkan lengan kananku.
Antara shock dan tak sadar. Entah aku berada dalam kondisi yang mana?
Saat-saat di mana aku kali pertama mengenal PWMU.CO langsung melintas dalam pikirku. Ketika itu, di dalam bus, kursi paling belakang, dalam perjalanan malam menuju lokasi Musywil Nasyiah di Banyuwangi.
(Baca berita penulis soal itu Pesan-Pesan Cinta Gus Ipul untuk Nasyiah Jatim pada Musywil Pertama Se-Indonesia)
“Mohon maaf apa saya bisa kirim tulisan?” tanyaku pada salah satu redaktur PWMU.CO Mas Nurfatoni via chat pribadi.
“Kirim saja,” balasnya singkat.
Ingin menangis rasanya saat link tulisan itu kubuka dan kubaca kembali.
“Subhanallah. Cukup sekali ini saja aku mengirim berita,” gumamku dalam hati.
Bukan karena redakturnya nyebelin. Tetapi karena hasil editing yang jauh lebih baik daripada tulisanku yang sebenarnya. Malu rasanya, jika aku harus menulis lagi.
(Ini berita kali pertama dikirim: Tangis Haru Menyertai Keberangkatan Peserta Muswil XI Nasyiah dari Gresik)
**
“Dapat hadiah Nduk?” tanya Ayah yang sudah duduk di kursi teras saat aku pulang dari acara Kopi Darat Kontibutor PWMU.CO, Jumat (27/10/17).
“Iya Yah, alhamdulillah,” jawabku sambil memarkir motor.
“Menulislah Nduk, Ayah suka kamu menulis,” pesannya lirih seraya bangkit dari kursinya dan masuk ke dalam rumah.
Langkahku terhenti di teras. Air mata tak bisa kubendung lagi. “Terima kasih Ayah,” jawabku meski tak kan terdengar olehnya.
Tak ada pelukan, tak ada ucapan selamat. Tapi ada pesan yang membuatku harus kuat untuk membuktikan padanya bahwa aku harus istiqamah.
Kubuka lagi satu persatu link-link berita PWMU.CO yang kutulis. Kubaca isinya, perlahan. Kadang Aku tertawa karena teringat bingungnya menulis candaan Gus Ipul dalam Pembukaan Musywil Nasyiah pada Desember 2016 lalu.
Lalu air mataku meleleh saat kubaca lagi beritaku tentang tenggelamnya Safira. Saat itu aku menulis kisahnya di tengah malam dalam perjalanan takziah ke rumah duka dengan dipandu redaktur Mas Nurfatoni, yang selalu mengingatkan data apa saja yang diperlukan. Bahkan beliau pun ikut terjaga hingga dini hari.
(Berita yang dimaksud: Gadis Cilik Safira Wafat Tenggelam, Nasyiah Terketuk Menyantuni Keluarganya)
Rasa kesal juga muncul saat kubaca tulisanku tentang Husnul Khotimah, sahabatku yang meninggal sekian detik setelah kami bertemu di UMM Inn.
Kesal? Ya, tentu saja. Tidak lain karena redaktur bertangan dingin itu memintaku segera menulis tanpa mau tahu kondisi, bahwa aku masih berduka. Sempat aku membenci profesi jurnalis, tetapi jari-jari ini pun menekan tombol-tombol huruf pada keypad mobile phone-ku. Dan tulisan itupun jadi.
(Inilah berita yang akhirnya viral: Detik-Detik Terakhir sebelum Wafatnya Khusnul Khotimah, Aktivis Nasyiah yang Kecelakaan di Depan UMM Inn)
Sore itu tepat pukul 15.45 WIB (27/10/17), apresiasi itu kuterima. Hadiah atas 54 tulisan yang tak lepas dari bantuan para redaktur PWMU.CO.
Aku sangat bersyukur dan bahagia. Sampai-sampai aku harus salah tingkah, ketika seolah ada yang memintaku maju ke depan untuk seremonial pemberian penghargaan.
Aku pun berdiri di depan. Di sebelah kiri Mas Kholid yang masih berbicara di podium. Beberapa menit saya berdiri sendirian. Lalu, Mas Nurfatoni yang duduk di kuris paling kanan, bertanya, “Siapa yang suruh ke depan?”
Mas Kholid pun langsung menjawab, “Tidak ada.” Aku langsung ngacir balik kucing ke kursi peserta. Peserta lain pada ketawa. Jadi malu sendiri.
Tapi tak apa. Anggap saja itu ekspresi luar biasa bahagia atas terpilihnya aku, sampai-sampai tak sadar kalau tidak ada permintaan ke depan.
Hadiah ini adalah anugerah yang tak pernah kusangka sebelumnya. Bahkan berharap pun tak berani rasanya.
Tapi Allah benar benar memberikannya hari itu. Sujud syukur hingga sajadah pun basah seakan tak mampu mengekspresikan rasa terima kasihku pada PWMU.CO.
Terima kasih juga pada Pak Nadjib Hamid dan Mas Nasrullah yang menjadi sponsor perjalanan ke luar negeri itu. Semoga barakah! (Ria Eka Lestari)