Oleh Nashrul Mu’minin – Cokro muda Yogyakarta
PWMU.CO – Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan bahwa awal Ramadan 1446 Hijriyah jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025 Masehi. Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal jatuh pada Minggu, 30 Maret 2025. Keputusan ini mendasarkan pada Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Muhammadiyah telah mengadopsi kalender ini sejak 1 Muharram 1445 Hijriyah (2024) lalu.
Dasar penetapan kalender Hijriah Global Tunggal
Penetapan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) mengadopsi dari kriteria “Turki 2016” sebagai hasil Muktamar Kalender Islam Global di Turki pada tahun 2016. Dalam muktamar tersebut, lahir kesepakatan bersama tentang konsep kalender satu hari satu tanggal untuk seluruh dunia, dengan prinsip kesatuan matlak (zona waktu penanggalan yang seragam). Muhammadiyah yang mengirimkan secara aktif delegasi dalam forum ini pun mendapatkan dukungan dari mayoritas pakar falak dan astronomi dunia.
Prinsip utama KHGT adalah imkan rukyat, yaitu kriteria yang menetapkan bahwa hilal harus mencapai ketinggian minimal 5 derajat dan sudut elongasi minimal 8 derajat di belahan bumi mana pun untuk memulai bulan baru.
Keputusan ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:
*فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ*
“Maka barang siapa di antara kamu yang menyaksikan bulan tersebut, hendaklah ia berpuasa.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Ayat ini menunjukkan pentingnya penetapan awal bulan dalam pelaksanaan ibadah puasa Ramadan. Dengan adanya KHGT, mengharapkan agar umat Islam di seluruh dunia dapat memulai Ramadan dan merayakan Idul Fitri pada tanggal yang sama sebagai wujud kesatuan umat.
Tanggal penting berdasarkan KHGT
Selain Ramadan dan Idul Fitri, Muhammadiyah juga telah menetapkan tanggal penting lainnya dalam kalender Islam tahun 1446 H, yaitu:
1. 1 Zulhijah pada Rabu, 28 Mei 2025.
2. Hari Arafah (9 Zulhijah), pada Kamis, 5 Juni 2025.
3. Idul Adha (10 Zulhijah), pada Jumat, 6 Juni 2025.
KHGT diterapkan untuk memastikan umat Islam di seluruh dunia memiliki panduan yang seragam. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah ﷺ:
*صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ*
“Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal), dan berbukalah kalian karena melihatnya (hilal).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan pentingnya melihat hilal sebagai tanda awal bulan, yang kini diterapkan dengan bantuan ilmu astronomi untuk akurasi dan kemudahan umat.
Keunggulan Kriteria Turki 2016
Kriteria Turki 2016 sebagai pilihan yang ideal karena mampu menyatukan umat Islam dalam penanggalan hijriah. Bagi Muhammadiyah, hal ini sebagai langkah penting untuk mengatasi perbedaan penetapan awal bulan hijriah yang sering terjadi di berbagai negara.
Kesatuan penanggalan ini sejalan dengan misi Islam sebagai agama pemersatu umat, sebagaimana Allah berfirman:
*إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ*
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Dengan adanya KHGT, Muhammadiyah berharap perbedaan pendapat terkait penetapan awal bulan dapat diminimalkan. Sehingga umat Islam di seluruh dunia dapat menjalankan ibadah dengan lebih khusyuk dan seragam.
Menyatukan umat melalui Kalender Hijriah Global
Muhammadiyah memandang bahwa penerapan KHGT bukan sekadar kebutuhan teknis, tetapi juga sebagai bentuk dakwah dalam menyatukan umat. Penetapan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha secara seragam dapat menguatkan ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam) di tengah perbedaan pendapat yang selama ini ada.
Keputusan Muhammadiyah ini juga didukung oleh para ahli falak dan astronomi dunia yang melihat pentingnya kalender Islam global untuk menghadapi tantangan modern. Dalam hal ini, Rasulullah ﷺ bersabda:
*الْمُسْلِمُونَ كَجَسَدٍ وَاحِدٍ*
“Kaum Muslimin itu seperti satu tubuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengingatkan pentingnya persatuan umat dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam penanggalan.
Harapan Muhammadiyah dengan Penetapan KHGT
Dengan penetapan KHGT, Muhammadiyah berharap umat Islam di Indonesia dan dunia dapat lebih mudah dalam menjalankan ibadah. Selain itu, KHGT juga menjadi wujud komitmen Muhammadiyah dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan modern dengan ajaran Islam, sebagaimana dicontohkan oleh para ulama terdahulu.
Melalui langkah ini, Muhammadiyah ingin memberikan kontribusi nyata dalam menciptakan harmoni umat Islam di tingkat global. Allah berfirman:
*وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا*
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali ‘Imran: 103)
Semangat persatuan ini menjadi landasan utama Muhammadiyah dalam mengimplementasikan KHGT, yang diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi umat Islam di masa depan.
Editor Notonegoro