PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan kaitan erat antara perkembangan gerakan dakwah Muhammadiyah dengan pusat-pusat wirausaha di Indonesia. Hal ini disampaikan dalam acara “Talkshow dan Peluncuran Buku Bangkitnya Kewirausahaan Sosial: Kisah Muhammadiyah,” yang diadakan oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia bersama Muhammadiyah di Museum Muhammadiyah, Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD), pada Senin (13/1/2024).
Haedar memaparkan bahwa sejak era KH Ahmad Dahlan, sekitar tahun 1922, Muhammadiyah berkembang pesat di kawasan-kawasan yang dikenal sebagai pusat wirausaha. “Perkembangan Muhammadiyah di daerah seperti Kotagede, Klaten, Solo, Surabaya, dan berbagai wilayah lain memiliki korelasi kuat dengan komunitas wirausaha setempat. Bahkan, pada 1926, Muhammadiyah sudah hadir di Merauke, dibawa oleh ulama yang juga seorang pengusaha,” ungkapnya.
Amal Usaha Muhammadiyah dan Semangat Kemandirian
Haedar menyoroti bahwa berbagai amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi dibangun dengan prinsip kemandirian. “Hampir seluruh amal usaha Muhammadiyah, seperti 167 perguruan tinggi, 126 rumah sakit, dan 363 klinik, tersebar di seluruh Indonesia dengan semangat efisiensi dan mandiri,” ujarnya.
Ia juga menekankan keterbukaan Muhammadiyah untuk bermitra dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah. Kolaborasi ini mencerminkan posisi Muhammadiyah sebagai mitra strategis untuk pembangunan bangsa.
Etos Kerja dan Pilar Kesuksesan
Menurut Haedar, Muhammadiyah memiliki dua nilai utama dalam etos kerja organisasi: “ujrah,” yang mengacu pada penghargaan duniawi bagi profesionalisme, dan “ajra,” yang merujuk pada pahala sebagai motivasi spiritual. “Keseimbangan antara ujrah dan ajra inilah yang memperkuat Muhammadiyah hingga saat ini,” jelasnya.
Transformasi ke Organisasi Modern dan Profesional
Sejak 2015, di bawah kepemimpinannya, Haedar bersama jajaran Muhammadiyah berkomitmen untuk menjadikan organisasi ini semakin modern, maju, dan profesional. Langkah konkret seperti pendirian Muhammadiyah Australia College di Melbourne dan kampus di Malaysia, hingga penjajakan sektor baru seperti tambang, merupakan bukti nyata visi tersebut.
Haedar juga menekankan pentingnya membekali generasi muda dengan jiwa kewirausahaan yang berlandaskan nilai-nilai Islam. “Kita harus mendidik anak-anak muda agar memiliki mental pengusaha yang tangguh, dengan tetap memegang prinsip keberlanjutan duniawi dan kesejahteraan akhirat,” pesannya.
Keseimbangan Antara Dunia dan Akhirat
Dalam mengelola berbagai amal usaha, Muhammadiyah selalu berpegang pada prinsip Islam yang menyeimbangkan antara kebutuhan duniawi dan spiritual. “Agama mengajarkan kita untuk mencari kebahagiaan di dunia tanpa melupakan akhirat. Berbuat baiklah seperti Tuhan berbuat baik padamu, dan jangan merusak,” kata Haedar.
Semangat ini menjadi dasar pengelolaan berbagai bidang usaha Muhammadiyah, yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat sekaligus pelestarian lingkungan. (*)
Penulis Wildan Nanda Rahmatullah Editor Azrohal Hasan