Oleh Zainul Muslimin Bendahara PWM Jatim
Menerapkan Strategi MacArthur untuk Melawan Kemiskinan: Kampung Berkemajuan sebagai Solusi
LAZISMU Pimpinan Pusat telah menginstruksikan seluruh jajarannya, mulai dari wilayah hingga daerah, untuk mengusung program Kampung Berkemajuan. Konsep ini sejalan dengan program Qoriyah Thoyyibah yang pernah digagas oleh Aisyiyah. Namun, bagaimana program ini bisa berhasil dan membawa dampak nyata bagi pemberantasan kemiskinan?
Belajar dari sejarah, Jenderal Douglas MacArthur memiliki strategi jitu saat memimpin Perang Dunia II melawan pasukan Jepang di Pasifik. Strateginya sangat relevan untuk diterapkan dalam melawan kemiskinan di Indonesia, yang juga merupakan “perang” kompleks dan multidimensi.
Ada lima keunggulan strategi MacArthur yang bisa kita adaptasi dalam konteks ini:
- Berpikir Strategis di Wilayah Luas
Kemiskinan tersebar di kota, desa, pegunungan, pesisir, hingga hutan. Daripada menyebar sumber daya di semua titik sekaligus, fokuslah pada wilayah strategis dengan potensi besar namun masih terbelit kemiskinan. - Memadukan Semua “Matra”
Seperti MacArthur yang menggunakan matra darat, laut, dan udara, melawan kemiskinan juga perlu pendekatan lintas sektor: pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga pemberdayaan sosial. - Menghadapi Tantangan Berat dengan Efektifitas
Seperti pasukan Jepang yang disiplin, kemiskinan juga tangguh karena terus melahirkan kemiskinan baru. Oleh karena itu, pendekatan inovatif berbasis teknologi dan kolaborasi lintas sektor adalah kunci. - Memanfaatkan Sumber Daya yang Terbatas Secara Optimal
Sumber daya untuk melawan kemiskinan tidak pernah melimpah. Maka, alokasi harus terencana, efektif, dan efisien. - Menyerang pada Titik Lemah
Jangan terpaku melawan kemiskinan di tempat yang “kering” sumber daya. Fokus pada wilayah yang memiliki potensi untuk segera bangkit sehingga menjadi model percontohan.
Melalui Kampung Berkemajuan, pemberdayaan berbasis masyarakat bisa dilakukan dengan mengintegrasikan program ekonomi produktif, pendidikan karakter, sanitasi, serta pelayanan sosial. Langkah ini akan efektif jika pelaksanaannya melibatkan berbagai pihak, seperti lembaga zakat, pemerintah, akademisi, dan dunia usaha.
Sebagai catatan, strategi one-size-fits-all tidak berlaku dalam melawan kemiskinan. Setiap daerah memerlukan pendekatan khusus sesuai dengan karakternya. Semangat yang terarah, kolaborasi, dan inovasi menjadi pondasi kesuksesan Kampung Berkemajuan.
Bismillah, semoga strategi ini menjadi awal dari langkah besar memberantas kemiskinan di Indonesia.
Editor Syahroni Nur Wachid