PWMU.CO – Dalam pembinaan guru dan karyawan SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany) Gresik Sabtu (25/1/2025) Wakil ketua PDM Gresik 2015-2022 KH Mahfudl Asy’rofi,M.Si. juga menyampaikan tentang tipologi perilaku keberagamaan.
“Kelima tipologi perilaku keberagamaan, yakni eksklusivisme, inklusivisme, pluralisme, eklektivisme, dan universalisme,” ungkapnya.
Machfudl menyampaikan sekalipun kelima tipologi ini tidak berarti masing-masing lepas dan terputus dari yang lain dan tidak pula permanen, tetapi lebih tepat dikatakan sebagai sebuah kecenderungan menonjol, mengingat setiap agama, maupun sikap keberagamaan senantiasa memiliki potensi untuk melahirkan kelima sikap di atas.
Sikap yang pertama adalah eksklusivisme, tipologi ini akan melahirkan pandangan ajaran yang paling benar hanyalah agama yang dipeluknya, sedangkan agama lain sesat dan wajib dikikis, atau pemeluknya dikonversi, sebab agama dan penganutnya terkutuk dalam pandangan Tuhan, dengan kata lain keyakinan hitam – putih, salah, dan benar.
Sikap keberagaman kedua adalah Inklusivisme, yang berpandangan bahwa di luar agama yang dipeluknya juga terdapat kebenaran, meskipun tidak seutuh atau sesempurna agama yang dianutnya. Di sini masih didapatkan toleransi teologis dan iman. Dengan kata lain keyakinan hitam – putih, yang lain kebenaran tidak utuh.
Pluralisme Atau Paralelisme adalah tipologi keberagaman ketiga. Pluralisme atau paralelisme. Sikap teologis paralelisme adalah bisa terekspresi dalam macam-macam rumusan, misalnya: agama-agama lain adalah jalan yang sama-sama sah untuk mencapai kebenaran yang sama, agama-agama lain berbicara secara berbeda, tetapi merupakan Kebenaran-kebenaran yang sama sah, atau setiap agama mengekspresikan bagian penting sebuah kebenaran.
Pernyataan lainnya bahwa Pluralisme secara teologis bahwa semua agama berdiri sejajar dalam penegakan moral dan kebenaran.
Selanjutnya ada Eklektivisme yaitu suatu sikap keberagamaan yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai segi ajaran agama yang dipandang baik dan cocok untuk dirinya sehingga format akhir dari sebuah agama menjadi semacam mosaik yang bersifat eklektik. Eklektivisme merupakan mempertemukan segi ajaran beberapa agama yang dipandang baik.
Terakhir ada Universalisme yang beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama. Hanya saja, karena faktor historis-antropologis, agama lalu tampil dalam format plural. Universalisme merupakan kesatuan manusia melintasi batas geografis, agama dan antropologis.
MKCH sebagai Ideologi Muhammadiyah
Selanjutnya Machfudl Asy’rofi menyampaikan “MKCH adalah “Ideologi Muhammadiyah”, tentang nagaimana memahami, mengamalkan, mempraktikkan dan mendakwahkan Ajaran Islam.”
Bahwa MKCH sebagai ikhtiar Muhammadiyah menjaga watak dan ciri khas perjuangan melalui komitmen pemilik, penyelenggara dan pelaksana AUM untuk merawat manfaat organisasi bagi kemanusiaan.
Dan MKCH sebagai landasan normatif dan operasional organisasi, menjadi rambu dan strategi perjuangan mewujudkan Tujuan dan Cita-cita Persyarikatan.
Machfudl memberikan penguatan terhadap pejuang-pejuang di Amal Usaha Muhammadiyah agar senantiasa menyakini bahwa Muhammadiyah adalah
- Gerakan Islam dan Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar
- Bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
- Beraqidah Islam, bersumber pada Al-Quran dan Sunnah
- Melaksanakan fungsi dan misi manisa sebagai hamba dan fali Allah di muka bumi.
Penulis Mahfudz Efendi Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun