PWMU.CO – Tak ada waktu kosong bagi siswa-siswi SMP Muhammadiyah 12 Paciran yang notabene santri Pondok Pesantren Al-Ishlah Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur, kegiatan liburan Isra Mikraj ini diisi dengan kegiatan Pramuka Cross Country, Senin (27/1/2025).
Cross Country atau lintas alam adalah kegiatan Pramuka di luar area sekolah dengan menempuh perjalanan sesuai rute yang telah ditentukan dengan tanda jejak yang ditandai oleh pembina dan sepanjang rute dibagi beberapa pos yang mana di setiap pos anggota regu Pramuka harus menyelesaikan tugas atau permainan yang penuh tantangan tapi menyenangkan.
Hal ini diungkap oleh Muhammad Raji SPd, pembina utama penggalang sekaligus Wakasis SMPM 12 Paciran, ayah 1 anak ini juga mengungkapkan alasan diadakan kegiatan Cross Country ini.
“Acara Cross Country ini berdasar atas Maklumat Ponpes Al-Ishlah Nomor: 002/A/06/T1/I/2025, tertanggal 16 Januari 2025 tentang liburan 27 Rajab 1446 atau 27 Januari 2025, maka SMPM 12 Paciran mengagendakan acara Cross Country yang dimulai pukul 07.15 atau waktu seperti saat masuk sekolah,” ungkap suami Munawaroh ini.
Adapun rute perjalanan ini dibagi dua, putra ke arah Bukit Segendeng, hutan gunung Mumpluk, Jarat Maling, Mushala Mujahidin, Kopen, dan finish Ponpes Al-Ishlah. Adapun rute putri, Lapangan Surga, Tebing Cafe, Futsal Sendu, Masjid Quba, dan terakhir Ponpes Al-Ishlah,” imbuh pria kelahiran 5 Juli 1982 ini
Kepala Sekolah SMPM 12 Paciran, Aminuddin SPd menjelaskan tentang kegiatan Pramuka di waktu libur sekolah ini, alumnus KMI Gontor tahun 1994 ini mengaku bahwa keputusan ini didasari bahwa anak SMPM 12 yang juga santri Ponpes Al-Ishlah tidak mungkin meliburkan sekolah tanpa kegiatan.
“Karena kalau mau libur, ya sekalian yang panjang 2 minggu sehingga santri dari jauh memungkinkan bisa pulang dan diawasi orang tua mereka (wali santri), tapi kalau hanya sehari santri harus diawasi guru dan para ustadz, dan itu harus dengan kegiatan, tutur ayah 3 anak ini.
“Waktu kosong bagi ribuan santri Al-Ishlah ini harus diisi dengan kegiatan positif tidak nganggur dan terbuang sia-sia, ini prinsip pengasuhan di pondok, dan guru harus faham tentang prinsip ini,” pungkasnya. (*)
Penulis Gondo Waloyo Editor Wildan Nanda Rahmatullah
ِ