PWMU.CO – Belum reda rasa keterkejutanku usai terpilh sebagai peserta yang akan dikirim ke luar negeri dalam acara Kopi Darat Kontributor PWMU.CO, Jumat (27/102017) lalu, eeh … datang lagi kejutan alias surprise untukku.
Senin (30/10/2017), seperti biasa, sehabis upacara ada briefing awal pekan. Di situ, Koordinator Kesiswaan Shofan Hariyanto SPd mengumumkan prestasi siswa SD Muhammadiyah Manyar Gresik dalam satu pekan terakhir.
“Alhamdulillah, SDMM memanen beberapa prestasi dalam satu pekan terakhir,” seru Ustadz Shofan—panggilan akrabnya—dengan semangat 45.
Guru kelahiran Lamongan itu lalu memanggil ke depan siswa-siswi berprestasi tersebut. Ada Pradipta Maulana Harda, peraih Juara 1 Lomba English KFC-EF. Juga Muhammad Evan Winata, Juara 2 Catur Cepat G 25.
Tampil juga Fawzia Gasha Adinasyifa Desler, Finalis Lomba Karya Cipta Pantun KPCI. Maju juga Elifa Maisya Nabila, Juara 2 Bahasa Inggris New Era Mencari Bintang. Dan terakhir Kayla Mumtazah Mudzakkir, Juara Harapan 3 Lomba Mewarnai Kategori C Kelas 1-3 JSE Event Organizer.
Bagiku, pemandangan seperti itu biasa saja. Setiap Senin pagi ritual ini selalu berulang di halaman sekolah peraih Peringkat 1 Excellent School Muhammadiyah Education Award 2017 itu.
Tapi ada satu pengumuman yang mengejutkanku. Tak ada angin, tak ada hujan. Terdengar namaku ikut disebut. Lho, koq?
“Apa prestasiku?” tanyaku dalam hati, koq sampai namaku disebut bersama anak-anak juara itu? Kudengar berkali-kali namaku dipanggil. Benarkah aku diminta maju ke depan?
Tapi, kali ini aku harus waspada. Aku tak mau kejadian memalukan Jumat lalu terulang lagi. Saat itu, namaku disebut oleh Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mas Muh Kholid AS sebagai salah satu kontributor terpilih untuk mendapat hadiah lawatan ke luar negeri.
Kukira aku juga harus maju ke depan, seperti lazimnya setiap ada penghargaan. Maka aku melangkahkan kaki menuju panggung. Tapi, apa yang terjadi? Ternyata tidak ada panggilan untuk maju bagi penerima hadiah. Aku harus balik kucing membawa perasaan malu.
Maka, kali ini aku harus yakin betul, benarkah aku dipanggil? Setelah terdiam beberapa detik, akhirnya aku yakin bahwa aku memang harus maju ke depan.
Ada rasa bangga saat kulangkahkan kakiku setapak demi setapak. Tapi satu pertanyaan yang sempat aku bisikkan pada Ustadzah Izzah, teman guru yang berdiri di belakangku.
“Terus apa yang diberikan?” tanyaku ragu.
“Yang penting ada yang dibawa untuk sesi foto,” jawabnya sembari tertawa.
Maka aku pun berdiri di samping deretan siswa berprestasi dengan penasaran. Apa yang harus kulakukan di sini?
Beberapa menit kemudian, Kepala Sekolah SDMM Ahmad Faizun SSos berdiri di depanku sambil membawa Kartu Pers dan T-shirt berlogo PWMU.CO, yang baru Jumat lalu kuterima saat acara Kopi Darat itu.
“Oh my God. Ya Allah!” kataku lirih. Ingin menangis rasanya. Tapi juga ingin tertawa. Kuperhatikan seluruh ustadz dan ustadzah—panggilan guru-guru di sekolahku—ikut tertawa. Apa yang membuat mereka tertawa?
“Dari kanan ke kiri pada pamer piala sama sertifikat, eeehh … yang ini koq malah pamer jemuran,” canda Muhammad Zainul Arif SPd, teman guru, usai acara. Tawa teman-teman guru lain pun meledak: gerrr…., glodak!
Anda tentu bisa membayangkan, di saat yang lain membawa thropy dan sertifikat penghargaan, sedangkan aku? Aku menerima kaos hitam dan kartu berukuran kecil itu.
Pantes saja, pagi-pagi sebelumnya Ustadz Shofan bilang padaku, “Ustadzah saya izin pinjam kaos dan kartunya,” Rupanya, dua benda itu dijadikan alat untuk mengejutkanku.
Penasaran dengan peristiwa itu, aku pun menemui kepala sekolah. Aku masih tergelitik, kenapa ikut dipanggil ke depan. Apa alasan rasionalnya?
“Pengembangan potensi diri selalu mendapat perhatian sekolah,” ujarnya serius. Pak Faiz—julukan populer kepala sekolah—menjelaskan bahwa guru, dan karyawan memiliki keterikatan yang melekat pada sekolah.
“Sehingga aktivitas peningkatan sumber daya manusia menuju profesionalisme yang Bu Tari, atau guru dan karyawan lain lakukan sangat menunjang keberadaan atau eksistensi SD Muhammadiyah Manyar.”
Aku, yang dipanggil Bu Tari, pun terpaksa manggut-manggut. Tanda paham dengan “ceramah” ilmiah Pak Faiz.
Karena itu, Pak Faiz melanjutkan, aktivitas guru dalam berkarya selalu dipantau dan disupport oleh sekolah. “Ada rasa memiliki dan tanggung jawab manakala ada sesuatu hal yang bersifat prestasi, baik secara akademik maupun non akademik,” kata Pak Faiz laiknya memberi kuliah.
Beliau menjeleskan bahwa keterikatan yang bersifat formal dan emosional dengan sekolah, meskipun aktivitasnya di luar sekolah, tetap memiliki tanggung jawab institusional.
“Dengan posisi, kedudukan, dan peran itulah maka ketika ada prestasi guru di luar sekolah akan kami akui sebagai bentuk prestasi sekolah,” tutur beliau.
“Alhamdulillah,” ucapku dalam hati setelah mendapat “orasi ilmiah” kepala sekolah di ruanganya. Lega dan bahagia rasanya bahwa apa yang selama ini aku lakukan di luar tugas mengajar mendapat apresiasi. Baik dari PWMU.CO maupun SDMM. “Terima kasih Pak, atas jemurannya,” kataku sambil pamit, ngeloyor. He.. he … (Ria Eka Lestari)