PWMU.CO – SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (SMP Musasi) menggelar lomba resensi buku yang diadakan selama tiga hari yakni Senin-Rabu (30-31/10 hingga 1/11/2017). Selain resensi juga digelar sudut baca, menulis cerpen, puisi, slogan, dan story telling. Agenda tahunan ini disebut dengan Bulan Bahasa Musasi (BBM).
Ketua Panitia BBM 2017, Dra Lailiyatul Choliso, mengatakan, tujuan kegiatan ini agar para siswa semakin akrab dengan literasi, menyenangi membaca dan menulis. ”Karena Islam berkemajuan juga berakhlakul karimah, anak tidak hanya senang membaca dan menulis, namun juga santun dalam berbahasa dalam kesehariannya,” katanya.
Tahun ini, BBM diikuti 25 kelas dari semua jenjang dengan mengusung tema Penguatan Budaya Literasi untuk Islam Berkemajuan. Salah satu buku yang diresensikan berjudul KH Mas Mansur Sapukawat Jawa Timur. Buku bersampul hitam itu ditulis oleh Syaifullah, sarjana teologi filsafat UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta tahun.
Baca juga: Lewat One Day One Ayat, Siswa SMP Musasi Jadi Hafal Al Quran
Para siswa berpendapat dengan meresensi buku mendorong untuk membaca sehingga memahami biografi seseorang. Seperti dikatakan Fathina Amalia, peserta lomba dari kelas 7A, mengatakan, dari buku dapat belajar sejarah tokoh-tokoh Muhammadiyah.
Dalam resensinya, Fathina mengulas perjalanan KH Mas Mansur yang sejak umur 12 tahun sudah melanglang buana ke Timur Tengah. Tidak untuk berwisata, namun belajar mendalami Islam. ”Di Mesir, pemikiran para pembaharu Islam seperti Muhammad Abduh, M Rasyid Ridha, maupun Jamaluddin Al Afghani terekam oleh Mas Mansur,” ujarnya.
Hal tersebut kemudian dibawanya ketika kembali ke Tanah Air. Termasuk ketika berdiskusi dengan KH Ahmad Dahlan dan akhirnya berkomitmen untuk mendirikan Muhammadiyah. ”Di Muhammadiyah, dia menjadi pengurus Cabang Muhammadiyah Surabaya. Selain itu idenya menggagas Majelis Tarjih adalah salah satu sumbangsih terbesarnya,” katanya.
Selain KH Mas Mansyur, para peserta juga ditantang meresensi buku biografi tokoh-tokoh Muhammadiyah lain seperti KH Ahmad Dahlan, Buya Hamka, dan AR Baswedan. Tak ketinggalan juga ada tokoh Islam perintis kemerdekaan seperti Moh. Hatta, Agus Salim, dan Daud Beureuh. (das)