PWMU.CO – Ruang kelas 2 MI Muhammadiyah 25 pagi itu makin cerah. Semua murid di bangku masing-masing memegang kertas warna-warni. Matanya melihat tangan ustadzah yang memeragakan cara membuat kincir kertas alias kitiran.
”Bisa anak-anak ya, ayo dicoba…..lipat di sini lalu dilem maka jadilah kincir angin,” kata Ustadzah Islakha yang langsung ditirukan muridnya.
Baca :Hindari Malam Mingguan, MIM 25 Surabaya Rutin Gelar Mabid
”Hore aku sudah jadi….” Teriak seorang murid memamerkan kincir warna merah. Makin riuhlah suasana kelas ketika semua kincir selesai dibuat. Ustadzah kemudian memberi tangkai plastik untuk pegangan kincir. Ketika semua sudah siap, maka murid-murid itu memutarkan kincir di luar kelas beramai-ramai.
”Mengajari ketrampilan kepada anak-anak usia kelas 2 SD memang susah tapi di MIM 25 setiap guru sudah diberi bekal cara mengajar dalam kelas maupun luar kelas,” kata Eni SPd, koordinator kurikulum MIM 25.
Islakha merasa bangga terhadap muridnya yang mampu mengaktualisasikan ilmu dan ketrampilannya membuat kincir kertas. ”Ini ketrampilan sederhana membuat mainan tradisonal,” ujarnya. (aksar)