PWMU.CO – Di Malang ada kumpulan penulis muda yang diberi nama Komunitas Mata Pena Malang. Komunitas ini digagas oleh alumni IPM dari berbagai daerah yang merantau kuliah di Kota Dingin itu. Tujuannya selain ngumpulno balung pisah kader Angkatan Muda Muhammadiyah, juga berlatih ketrampilan menulis.
Anggota komunitas ini rutin berkumpul di Masjid Nurul Huda Penanggungan setiap Rabu malam bakda Maghrib. Diisi dengan penyampaian materi oleh anggota lalu didiskusikan. Rabu (1/11/2017) tadi malam satu anggota, Kholis, giliran memaparkan tulisannya tentang Islam Dihadapkan dengan Perkembangan Zaman.
Setelah sesi ini selesai berganti pelatihan menulis diisi oleh Azhar Syahida, mahasiswa Universitas Brawijaya. Materi yang disampaikan Ide dan Metode Menulis. Diskusi penulisan malam itu berjalan santai dan gayeng.
Baca: Saat 5 Anak Panah Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta Melesat ke Penanggungan Malang
Azhar menjelaskan, manusia bisa mati tapi gagasannya terus hidup. Karena itu seperti dikatakan puisi Chairil Anwar, maka jadikan hidupmu sekali berarti sesudah itu mati. ”Kita hidup di dunia ini harus memiliki sebuah karya atau prasasti yang bisa kita tinggalkan sebelum kita mati, ada yang dikenang,” ujarnya. ”Itulah yang disebut mati tapi bukan berarti mati.”
Menulis, sambung dia, itu mudah dengan melihat fenomena di sekitar. Lantas munculnya fenomena itu dikonfirmasi dengan teori agar tulisan berbobot. Cara lain, kata dia, ide menulis bisa muncul setelah membaca ayat Al Quran, hadits, atau teori pengetahuan umum.
Antusiasme para peserta pertemuan kali ini luar biasa terbukti dari dialog interaktif antara peserta dengan pemateri. Setelah itu ada sesi masing-masing peserta wajib menuliskan gagasannya. Seorang peserta, Ramadhan bingung hendak menulis apa. Lantas Faizal, temannya menimpali,”Bingung mencari ide itu adalah sebuah ide juga.” (faiz)