
PWMU.CO – Gua Safarwadi yang terletak di Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi perbincangan publik setelah viral disebut memiliki jalur tembus hingga ke Makkah. Kepercayaan ini menarik banyak peziarah yang ingin berdoa dan menelusuri jejak tokoh penyebar tarekat Syattariyah di Tanah Pasundan, Syeikh Abdul Muhyi.
Gua ini memiliki panjang sekitar 284 meter dengan dua pintu yang menghubungkan Kampung Pamijahan dan Kampung Panyalahan. Beberapa bagian dalam gua diklaim memiliki jalur mistis yang mengarah ke berbagai lokasi, termasuk Cirebon, Banten, Surabaya, hingga Mekkah.
Namun, sesepuh Pamijahan, KH Endang Ajidin, sebagaimana dikutip dari CNN, menegaskan bahwa secara faktual gua ini tidak memiliki jalur yang benar-benar menuju Mekkah. Ia menjelaskan bahwa kepercayaan tersebut merupakan cerita turun-temurun yang tidak memiliki dasar ilmiah.
Sebelumnya, salah satu lubang dalam gua sempat ditutup setelah terjadi insiden seorang pemuka agama tersesat saat mencoba melewatinya. Saat ini, Gua Safarwadi tetap dibuka untuk peziarah, tetapi ada larangan memasuki lubang-lubang tertentu demi keamanan.
Menanggapi fenomena ini, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad, menegaskan pentingnya dakwah pencerahan agar masyarakat tidak mudah mempercayai hal-hal yang bertentangan dengan akal sehat. Menurutnya, tempat-tempat yang dianggap keramat kerap dikaitkan dengan cerita di luar logika untuk menarik perhatian dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap situs tersebut.
Ia juga menambahkan bahwa kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap hal mistik masih cukup kuat, sehingga cerita-cerita yang tidak rasional sering kali diterima sebagai kebenaran. “Di sinilah perlunya dakwah pencerahan, agar masyarakat tidak terjebak dalam keyakinan yang tidak berdasar,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pendekatan dakwah pencerahan dapat dilakukan dengan menjelaskan teks suci secara bayani (tekstual), burhani (rasional), dan irfani (spiritual). Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat meminimalisir atau mengurangi virus penyebaran bagi kepercayaan yang tidak rasional.
Fenomena seperti Gua Safarwadi mencerminkan bagaimana tradisi dan kepercayaan masih memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis penguatan nalar juga perlu ditekankan di sekolah-sekolah agar generasi mendatang mampu membedakan antara yang realistis dan yang tidak, sehingga masyarakat mampu memelihara agar spiritualitas tetap terjaga tanpa mengabaikan rasionalitas. (*)
Penulis Ahmad Fikri Editor Wildan Nanda Rahmatullah