
Inilah Pesan Ramadan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang disampaikan oleh Ketua PP Muhammadiyah Dr Agung Danarto MAg dalam Konferensi Pers Penetapan Hasil Hisab, Rabu (12/2/2025) di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta.
PWMU.CO- Muhammadiyah melalui Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM//I.0/E/2025 menetapkan awal bulan Ramadan 1446 Hijriah jatuh pada hari Sabtu 1 Maret 2025.
Karenanya kepada segenap insan mukmin di Indonesia menyampaikan selamat menyambut dan melaksanakan puasa Ramadan, semoga diberi kesehatan dan kekuatan sehingga dapat menunaikan seluruh rangkaian ibadah di bulan yang penuh rahmat dan berkah dengan sebaik-baiknya.
Puasa dan seluruh ibadah lainnya di bulan Ramadan senantiasa datang setiap tahun. Karenanya kehadiran puasa jangan sekadar menjadi ibadah rutin, tetapi jadikan sebagai washilah (jalan, media) untuk menjadikan setiap muslim dan mukmin yang menunaikannya benar-benar menjelma sebagai insan bertakwa. Sebab, puasa Ramadan bagi setiap mukmin atau orang yang beriman merupakan kewajiban yang tujuannyan ialah meraih ketakwaan (Qs Al-Baqarah: 183).
Insan muslim dan mukmin yang bertakwa adalah orang-orang yang senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya sehingga menjadi manusia yang paripurna. Insan bertakwa yang sebenar-benarnya takwa akan tercerahkan jiwa, pikiran, sikap, dan tindakannya untuk selalu berbuat yang benar, baik, dan pantas serta menjauhkan diri dari yang salah, buruk, dan tidak pantas dalam kehidupan.
Melalui ibadah puasa setiap muslim dibebaskan dirinya dari segala perilaku, budaya, dan struktur kehidupan yang “jahiliah” atau tidak berkeadaban, tertinggal, dan buruk menuju pada kehidupan yang berkeadaban, baik, dan berkemajuan.
Bersama dengan itu setiap muslim membuktikan diri berakhlak mulia yang menebar ihsan atau kebaikan utama yang kemaslahatannya dirasakan oleh seluruh umat manusia dan lingkungannya.
Melalui puasa terbentuk nilai keutamaan yang tertanam dalam segenap kebaikan jiwa, pikiran, sikap, dan tindakan yang membawa kemaslahatan yang serbautama dan penuh makna. Setiap muslim berbuat yang benar, baik, cinta kasih, damai, kata sejalan tindakan, serta menebar segala kesalehan bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan universal. Setiap muslim juga gemar berta’awun yaitu senantiasa bekerjasama dalam kebaikan dan ketakwaan, sebaliknya tidak bekerjasma dalam dosa dan keburukan (QS Al-Maidah: 2).
10 Pesan PP Muhammadiyah
Karena itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan pesan Ramadan sebagai berikut:
Satu, Bagi segenap kaum muslimin, mari jadikan puasa dan ibadah Ramahdan lainnya sebagai “jalan baru kerohanian” untuk melahirkan pencerahan hidup, baik pencerahan dalam beragama maupun menjalani kehidupan secara keseluruhan. Umat muslim agar makin meningkatkan kualitas iman-takwa kepada Allah, yang memancarkan kesalehan dalam kehidupan sehari-hari tanpa merasa paling bertakwa (QS An-Najm: 32).
Seraya mampu menampilkan keteladanan diri dalam perilaku dan pengamalan keagamaan yang mendamaikan, menyatukan, mencerdaskan, memajukan, serta menebar kebajikan utama yang rahmatan lil-‘alamin bagi kehidupan sesama dan lingkungan semesta.
Dua, Puasa Ramadan niscaya menghadirkan pencerahan rohaniah multiaspek, sehingga setiap muslim secara individual maupun kolektif menebar kemaslahatan bagi diri dan lingkungannya.
Jadikan puasa sebagai wahana atau jalan pencerahan. Berpuasa yang mencerahkan mengembangkan pandangan, sikap, dan praktik keagamaan yang berwatak tengahan (wasathiyah), membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat martabat kemanusiaan laki-laki maupun perempuan, menjunjung tinggi keadaban mulia, dan memajukan kehidupan umat manusia.
Berpuasa yang mencerahkan diwujdukan dalam sikap hidup amanah, adil, ihsan, dan kasih sayang terhadap seluruh umat manusia tanpa diskriminasi sebagai aktualisasi nilai dan misi rahmatan lil-‘alamin.
Tiga, Hadirkan puasa dan ibadah Ramadan lainnya untuk membentuk diri bagi setiap muslim sebagai insan tercerahkan akhlak dan tindakannya. Muslim yang tercerahkan buah dari ibadah puasa tidak akan mudah marah, buruk ujaran, dengki, dendam, congkak, menebar permusuhan, dan segala perangai yang buruk.
Jauhi pola hidup boros, berlebihan, dan pamer kemewahan di tengah banyak anak bangsa yang hidupnya susah dan berkemurangan. Dalam kehidupan sehari-hari baik melalui hubungan langsung maupun media sosial senantiasa menebar kebaikan dan keluhuran nilai yang menunjukkan pribadi insan bertakwa yang utama. Seraya tidak menebar hoaks, kata-kata buruk, kebencian, permusuhan, dan yang menimbulkan kerusakan dalam hubungan antar sesama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Empat, Berpuasa yang mencerahkan dapat menghadirkan spiritualitas keberagamaan yang berjiwa “Al-Ma’un” dengan kepedulian sosial dan panggilan memberikan jawaban atas problem-problem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan persoalan-persoalan lainnya yang bercorak struktural dan kultural. Sekaligus menjauhkan diri dan ekosistem kehidupan dari kekeringan rohani, krisis moral, kekerasan, terorisme, konflik, korupsi, kerusakan ekologis, dan bentuk-bentuk kejahatan kemanusiaan.
Kembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan, menjunjung tinggi toleransi dan kemajemukan, serta membangun pranata sosial yang utama. Kembangkan kepedulian sosial yang tinggi untuk senantiasa rela berbagi dengan sesama terutama kepada saudara-saudara sebangsa yang hidupnya berkekurangan dan terkena musibah.
Lima, Melalui ibadah puasa yang mencerahkan dapat terbangun karakter manusia Indonesia yang religius dan berkeadaban luhur seperti keterpercayaan, ketulusan, kejujuran, keberanian, ketegasan, ketegaran, kuat dalam memegang prinsip, dan sifat-sifat khusus lainnya yang melekat dalam dirinya.
Sementara nilai-nilai kebangsaan lainnya yang harus terus dikembangkan adalah nilai-nilai spiritualitas, solidaritas, kedisiplinan, kemandirian, kemajuan, dan keunggulan. Jika religiositas dan karakter keadaban mulia seperti itu yang tertanam dalam diri setiap insan muslim di negeri ini maka tidak akan terjadi wabah korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, eksploitasi sumberdaya alam, pencurian kekayaan negara, permusuhan antar sesama, berbagai bentuk kekerasan, demoralisasi, dan segala jenis pengrusakan tatanan lainnya yang membawa prahara atau petaka bagi masa depan bangsa dan negara.
Enam, Kekhusyukan beribadah puasa maupun ibadah lainnya di bulan Ramadan selama satu bulan mesti melahirkan hikmah beragama dan berperikehidupan yang serbautama. Perbedaan dalam praktik ibadah hendaknya makin memperkaya toleransi yang tulus dengan mengedepankan ukhuwah seluruh umat, yang terbebas dari ananiyah hizbiyah atau keakuan kelompok yang mengoyak rumah kemajemukan milik bersama.
Jadikan agama dan puasa sebagai jalan keselamatan, kebahagiaan, dan lintasan perjalanan hidup yang mencerahkan diri, keluarga, dan peradaban bersama.
Tujuh, Hikmah berpuasa dapat melahirkan sikap efisien, hemat, dan menjauhi pemborosan. Bagi para pejabat publik saatnya memiliki jiwa kerohanian luhur yang menjunjung tinggi amanat rakyat. Anggaran dan aset publik adalah milik negara yang mesti dipergunakan sebaik-baiknya untuk hajat hidup rakyat, bukan milik pribadi. Pergunakan kekuasaan untuk kepentingan hajat hidup publik.
Delapan, Dalam kehidupan keluarga jadikan puasa Ramadan sebagai momentum meneguhkan keluarga sakinah guna meningkatkan ikatan kuat kekeluargaan, edukasi bagi anak-anak lebih-lebih di kala libur sekolah, menjalin hubungan baik dengan tetangga dan warga masyarakat, serta menjadikan rumah sebagai tempat paling damai dan dapat menyelesaikan masalah-masalah secara baik sehingga terbangun pola kehidupan keluarga sebagaimana diidealisasikan Nabi bahwa “rumahku adalah surgaku”.
Tunaikan tugas sebagai pengkhidmatan terbaik untuk mencerdaskan, menyejahterakan, dan memajukan kehidupan bangsa. Tunjukkan kebaikan utama dalam bertutur kata, bersikap, dan bertindak sebagai para pejabat publik teladan.
Sembilan, Kepada para tokoh negeri baik nasional maupun daerah hendaknya menjadikan Ramadan sebagai bulan berintrospeksi dalam menjalankan amanat rakyat dan kebijakan-kebijakan publik yang memberi kemaslahatan sebesar-besarnya bagi kepentingan bangsa dan negara.
Tumbuhkan spiritualitas luhur yang mengedepankan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan kemanfaatan bagi sesama dan lingkungan. Tunjukkan sikap kenegarawanan dan keteladanan secara autentik yang mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan diri dan kroni.
Jauhi ujaran dan pernyataan-pernyataan yang menimbulkan permusuhan dan keresahan apalagi yang bersifat merendahkan Tuhan, agama, Nabi, dan kitab suci.
Sepuluh, Para pemimpin negeri dan tokoh umat diharapkan mengembangkan mozaik ilmu dan hikmah yang tinggi sehingga memiliki sikap adil, ihsan, bermoral tinggi, cendekia, dan menjadi teladan terbaik.
Indonesia memerlukan para warga dan pimpinan negeri yang bertakwa sehingga melahirkan keadaban, intelektualitas, moralitas, dan tindakan-tindakan luhur yang membawa pada kemajuan dan kemaslahatan hidup bersama menuju Indonesia berperadaban tinggi. Semoga Indonesia menjadi negara-bangsa yang dirahmati dan diberkahi Allah Subhanahu wa ta’ala.
Yogyakarta, 12 Februari 2025 Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Ttd
Haedar Nashir
Muhammad Sayuti
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan