PWMU.CO -Acara Penumbuhan Pendidikan Karakter Melalui literasi berjalan sukses dan menggembirakan. Hal itu terlihat dari antusiasme siswa yang sejak pukul 13.00 telah berkumpul di Aula Nyai Walidah, SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.
Acara yang bertemakan pendidikan karakter ini tampak spesial. Pasalnya pihak sekolah mengundang pendongeng kawakan yang sudah berkeliling nusantara, bahkan dunia, Muhammad Abdul Latif atau yang akrab di sapa Kak Mal.
Di awal acara Kak Mal menyapa siswa dengan caranya sendiri. ”Semoga yang menjawab salam saya medapatkan rrezeki yang barokah, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh……,” ucapnya di awal pembukaan.
Salam dari Kak Mal pun dijawab kompak, ”Wa alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,” jawab para siswa dan guru. Spontan Kak Mal berujar, ”wah kelihatannya seisi ruangan ini punya utang semua ya?” katanya berseloroh yang disambut tawa para hadirin.
Pria kelahiran Cianjur itu berpesan agar siswa mempunyai tiga kunci sukses meraih cita-cita. Pertama, adalah planing. ”Tulis cita-citamu dalam secarik kertas, dan minta tanda tangan kepada bapak-ibu guru, dan sepulang dari sini, tempel di tembok kamarmu!,” ujar Kak Mal.
Kedua, action. ”Setelah direncanakan, maka tunjukkan dengan aksi atau usaha nyata, dan yang terakhir adalah pray. Jangan tinggalkan berdoa sebagai wujud kita bertawakal pada Allah,” jelasnya.
Untuk memotivasi siswa, Kak Mal bercerita tentang kisah hidupnya yang telah menjadi seorang pendongeng sejak tahun 1998. Sejumlah pengalaman, mulai dari yang paling menyenangkan hingga yang paling mengesalkan.
Tampak keceriaan dari wajah siswa saat Kak Mal menceritakan tokoh inspiratornya, Rasulullah yang saat itu menyebarkan agama Islam dan membumikan Al Quran yang sarat dengan pengorbanan dan tetesan darah. Sesekali Kak Mal menyisipkan humor-humor yang menggelitik sehingga mengundang gelak tawa.
Selama memberi motivasi yang juga diselipkan dongeng, Ia tidak menggunakan instrumen maupun alat musik tambahan. Tak jarang ia harus membuat efek suara musik dari mulutnya, untuk membuat suasana dongeng yang ia kisahkan terkesan lebih hidup.
“Sebetulnya kalau kita mau sedikit mengolah kreativitas, kita bisa memaksimalkan potensi diri kita sendiri. Dalam dongeng, supaya tidak monoton, kita buat berbagai karakter melalui suara. Atau bahkan meniru suara instrumen musik, malah hal itu d sukai banyak orang,” pungkasnya. (hanafi)