
PWMU.CO – Rekayasa teknologi dalam pengolahan pangan khas Kota Gresik menjadi tema utama kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang diselenggarakan oleh siswa kelas V SD Muhammadiyah Manyar (SDMM).
Program ini bertujuan untuk mengenalkan dan mengembangkan teknologi pengolahan makanan khas Gresik, khususnya bonggolan.
Pada hari ketiga program P5, SDMM menghadirkan Usmawati, pendiri Bonggolan Mu Zaidan, sebagai narasumber. Bonggolan merupakan makanan khas Gresik yang berasal dari Desa Sidayu.
Sejarah dan Proses Pembuatan Bonggolan
Bu Us, sapaan akrab Usmawati, menjelaskan sejarah bonggolan kepada para siswa. Awalnya, masyarakat Sidayu banyak memproduksi kerupuk berbahan dasar ikan. Saat membuat kerupuk, bagian pinggiran adonan—disebut bonggol—sering digemari anak-anak. Karena banyak anak yang merasa kurang puas hanya mendapatkan bonggol, akhirnya dibuatlah adonan bonggolan yang bisa langsung dinikmati.
Dalam sesi praktik, Usmawati membimbing siswa dalam membuat bonggolan. Dengan bantuan ustaz dan ustazah, ia memperkenalkan bahan-bahan yang digunakan, yaitu ikan laut sebagai bahan utama, tepung tapioka, bawang putih, gula, garam, serta daun pisang sebagai pembungkus.
Siswa secara berkelompok mengolah adonan, mulai dari mencampurkan tepung dengan ikan, menuang air panas, hingga menguleni adonan hingga berbentuk lonjoran bonggolan. Selain itu, mereka juga belajar proses pengemasan menggunakan mesin vakum agar bonggolan lebih awet.
Tantangan dan Antusiasme Siswa
Seiring berkembangnya zaman, bonggolan semakin diminati, tidak hanya di Sidayu, tetapi juga di berbagai daerah lainnya. Oleh karena itu, teknik vakum dipilih sebagai metode pengemasan yang lebih efektif untuk menjaga kualitas produk.
“Membuat bonggolan cukup rumit. Jika mencampur adonan kurang tepat, hasilnya bisa menjadi keras,” kata Bu Us.
Meskipun beberapa siswa mengalami kesulitan dalam mencampur adonan, mereka akhirnya berhasil menyelesaikan proses pembuatan bonggolan. Hasil karya mereka kemudian dipasarkan di lingkungan sekolah.
“Membuatnya memang sulit, tapi hasilnya tidak mengecewakan. Rasanya enak!,” ujar Atha Rasyid Sabilulhaq, siswa kelas V Ummu Aiman, dengan antusias.
Dengan kegiatan ini, siswa SDMM tidak hanya mengenal lebih dalam tentang warisan kuliner khas Gresik, tetapi juga belajar tentang inovasi dan teknologi pangan yang dapat dikembangkan untuk masa depan.