
Oleh Nashrul Mu’minin – Content Writer Yogyakarta
PWMU.CO – Baru-baru ini, jagat media sosial (medsos) Indonesia ramai dengan munculnya tagar KaburAjaDulu. Tagar dengan simbol “#” menjadi viral sebagai ekspresi kekecewaan sebagian masyarakat, khususnya generasi muda terhadap kondisi Tanah Air. Fenomena ini pun memantik pertanyaan: apakah ini sekadar pelarian, ataukah sebuah kritik konstruktif yang memerlukan perhatian serius?
Dalam Islam, menyampaikan kritik merupakan bagian dari amar ma’ruf nahi munkar, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
“كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ…”
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (QS. Ali ‘Imran: 110)
#KaburAjaDulu menjadi cermin keresahan generasi muda terhadap berbagai permasalahan di Indonesia. Mahalnya biaya pendidikan, minimnya lapangan pekerjaan, serta ketidakstabilan politik menjadi alasan utama di balik keinginan mereka untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri. Hal ini seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah dan atau pemangku kebijakan untuk segera melakukan introspeksi dan perbaikan.
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda:
“مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ”
“Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Ekspresi kekecewaan melalui tagar ini merupakan kritik sosial yang tersampaikan secara lisan di era digital. Namun, penting bagi kita untuk memastikan bahwa kritik tersebut tersampaikan dengan cara yang santun dan konstruktif, sesuai dengan ajaran Islam.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ…”
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (QS. An-Nahl: 125)
Penyampaian kritik secara bijak dan penuh hikmah akan lebih mudah diterima dan dapat menjadi pemicu perubahan positif. Sebaliknya, kritik yang disampaikan dengan emosi dan tanpa dasar yang kuat dapat menimbulkan perpecahan dan kebencian.
Selain itu, penting bagi pemerintah dan pemangku kebijakan untuk mendengarkan aspirasi dan keluhan masyarakat. Dalam Islam, pemimpin harus bersikap adil dan mendengarkan nasihat dari rakyatnya. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda:
“الدِّينُ النَّصِيحَةُ…”
“Agama adalah nasihat…” (HR. Muslim)
Fenomena #KaburAjaDulu seharusnya menjadi momentum bagi semua pihak untuk berintrospeksi. Generasi muda perlu menyadari bahwa perubahan tidak selalu harus dengan meninggalkan tanah air. Sebaliknya, mereka dapat berkontribusi aktif dalam pembangunan dan perbaikan negara.
Di sisi lain, pemerintah harus lebih responsif terhadap aspirasi dan kebutuhan generasi muda, menciptakan lapangan kerja yang layak, serta memastikan akses pendidikan yang terjangkau dan berkualitas.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ…”
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Perubahan yang sesuai harpan harus bermula dari diri sendiri. Generasi muda sebagai agen perubahan memiliki peran penting dalam membawa Indonesia menuju arah yang lebih baik. Namun, upaya ini harus mendapat dukungan melalui kebijakan pemerintah yang pro-rakyat dan berpihak pada kesejahteraan masyarakat.
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda:
“كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ…”
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pemimpin memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan kesejahteraan rakyatnya.
Editor Notonegoro