Sejarah telah membuktikan bahwa IMM adalah organisasi yang mampu bertahan dalam berbagai tantangan zaman. Dari era Orde Baru yang penuh represi hingga transisi demokrasi pasca-Reformasi, IMM selalu berkontribusi dalam perubahan sosial. Namun, tantangan hari ini jauh lebih kompleks.
Era disrupsi yang terbangun karena perubahan digitalisasi dalam kehidupan masyarakat mengubah lanskap kehidupan masyarakat termasuk kepemimpinan secara fundamental. Kekuasaan tidak lagi hanya bersumber dari jabatan formal, tetapi juga dari kemampuan individu dalam menguasai narasi dan teknologi.
Artinya survival masyarakat adalah mereka yang mampu bertahan bukanlah yang sekadar kuat secara fisik atau memiliki banyak pengetahuan teoretis, tetapi mereka yang bisa belajar dengan cepat dan beradaptasi dengan perubahan.
Ketahanan mental dan kemampuan berpikir lintas disiplin bukan mono disiplin menjadi lebih penting dibanding sekadar kepatuhan pada pola pikir lama atau jumud stagnan. Ini berarti, pola relasi antara alumni dan adik-adik IMM harus bergeser dari hubungan hierarkis menuju kemitraan strategis yang memungkinkan kader-kader muda mengembangkan daya pikir kritisnya sendiri.
Adik-adik IMM hari ini menghadapi tantangan yang lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya. Mereka harus menghadapi disrupsi teknologi, ketidakstabilan politik, serta ketidakpastian ekonomi global. Dalam kondisi seperti ini, alumni Fokal IMM tidak cukup hanya memberikan wejangan atau nasihat satu arah. Yang lebih dibutuhkan adalah ruang dialog yang memungkinkan kader-kader muda mengembangkan wawasan mereka dengan dukungan jaringan alumni yang kuat.
Fokal IMM harus mampu keluar dari jebakan relasi strukturalis patron-klien yang kaku bahkan hegemonik. Organisasi ini memiliki modal sosial dan intelektual yang besar, tetapi modal ini akan sia-sia jika tidak dimanfaatkan untuk menciptakan forum-forum diskusi yang memungkinkan interaksi lintas generasi secara lebih dinamis dan progresif.
Saat ini alumni IMM sudah banyak berada di posisi strategis di berbagai bidang, mulai dari pemerintahan, akademisi, hingga dunia bisnis. Tantangannya adalah bagaimana jaringan ini bisa dimanfaatkan secara lebih efektif untuk mendukung kaderisasi IMM yang berbasis kompetensi, inovasi dan berakhlaq.
Transformasi kepemimpinan di Fokal IMM Jawa Timur tidak berarti meninggalkan nilai-nilai lama, tetapi justru membangun jembatan antara tradisi intelektual pergerakan mahasiswa dengan kebutuhan zaman. Jika generasi senior IMM Jawa Timur di era Orde Baru berjuang melawan represi politik, dan kader pasca-Reformasi menghadapi tantangan konsolidasi demokrasi, maka generasi IMM saat ini harus menghadapi era disrupsi dan perubahan tatanan global berbasis digital dengan pendekatan yang lebih inovatif, kreatif, responsif, kolaboratif dan berkemajuan
Salah satu jebakan yang sering dihadapi organisasi alumni termasuk Fokal IMM adalah kecenderungan untuk larut dalam romantisme sejarah masa lalu. Padahal, nostalgia saja tidak cukup untuk menjawab tantangan zaman. Sejarah IMM harus menjadi inspirasi untuk bergerak maju, bukan sekadar cerita lama yang terus diulang tanpa relevansi dengan konteks kekinian.
Banyak organisasi alumni lain yang mampu bertahan dan berkembang justru karena mereka beradaptasi dengan dinamika zaman. Mereka membangun ekosistem yang memungkinkan interaksi lintas generasi, tidak hanya dalam bentuk forum-forum resmi, tetapi juga melalui mentorship yang lebih fleksibel.
Musywil Ke-5 Fokal IMM Jawa Timur harus menjadi momentum bagi Fokal IMM untuk menegaskan kembali perannya sebagai wadah atau pusat peradaban, bukan hanya sebagai wadah nostalgia bagi para alumni, tetapi juga sebagai ekosistem intelektual yang mampu melahirkan pemimpin-pemimpin yang adaptif, kritis, dan inovatif. Seperti yang dikatakan Gramsci, sejarah bukanlah sesuatu yang diwariskan begitu saja, tetapi sesuatu yang terus dibentuk oleh mereka yang berani mengambil peran aktif dalam perubahan.
Fokal IMM tidak boleh hanya menjadi saksi atas perubahan zaman, tetapi harus menjadi penggerak atau aktor utama yang ikut membentuk arah perubahan itu sendiri. Jika tidak mampu beradaptasi, maka eksistensinya sebagai organisasi alumni hanya akan menjadi formalitas tanpa substansi atau tenggelam. Namun, jika mampu menjawab tantangan zaman dengan pemikiran progresif dan kepemimpinan transformatif, Fokal IMM dapat menjadi pusat gravitasi kepemimpinan nasional dan dunia yang tidak hanya menjaga tradisi intelektual IMM tetapi juga menjadi kekuatan penggerak perubahan di Indonesia.
Jaya IMM selamat Musywil Fokal IMM Jawa Timur semoga menjadi tonggak baru IMM sebagai Pusat Peradaban Indonesia dan dunia. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah