
Oleh: Muhammad Roisudin (Sekretaris FOKAL IMM Jawa Timur)
PWMU.CO – Musyawarah Wilayah (Musywil) V Fokal Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jawa Timur yang digelar di Fave Hotel Sidoarjo pada Ahad (23/2/2025) menjadi momentum strategis untuk merajut potensi kaum muda Muhammadiyah. Sebagai wadah bagi alumni IMM, organisasi ini memiliki peran sentral dalam menyiapkan pemimpin masa depan di berbagai sektor.
Muhammadiyah sendiri telah dikenal sebagai organisasi modern yang berdiri sejak 1912 dengan kontribusi besar dalam membangun peradaban bangsa. KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, telah melahirkan banyak tokoh inspiratif yang memberikan dampak signifikan bagi Indonesia, khususnya dalam bidang pemberdayaan masyarakat.
Sebagai salah satu provinsi terbesar di Indonesia, Jawa Timur dengan 38 kabupaten/kota memiliki pengaruh besar dalam berbagai aspek, mulai dari pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, hingga politik. Posisi strategis ini menjadikan Jawa Timur sebagai barometer nasional dalam banyak hal (Kominfo Jatim, 2023). Oleh karena itu, Musywil V Fokal IMM diharapkan tidak sekadar menjadi ajang reuni dan euforia, tetapi juga menjadi wadah konsolidasi internal untuk menyatukan gagasan serta membangun sinergi dan kolaborasi guna memperluas diaspora alumni IMM di tingkat regional dan nasional.
Peluang Diaspora Alumni
Di era globalisasi dan digitalisasi, alumni IMM Jawa Timur memiliki berbagai peluang besar untuk berkembang di berbagai bidang, terutama ekonomi, sosial, dan pendidikan. Menurut Thomas L. Friedman dalam The World is Flat (2005), globalisasi telah menciptakan dunia yang semakin terhubung, membuka akses luas terhadap informasi serta peluang kerja sama lintas sektoral.
Dalam bidang ekonomi, alumni IMM dapat mengembangkan usaha berbasis digital, seperti startup teknologi dan e-commerce, yang meningkatkan daya saing produk lokal. Studi Rahayu & Day (2015) dalam Journal of Business Research menunjukkan bahwa adopsi teknologi digital dapat memperluas pasar dan meningkatkan efisiensi bisnis. Sementara itu, dalam sektor sosial, alumni IMM dapat berperan dalam memperkuat filantropi Islam melalui platform crowdfunding syariah dan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan penelitian Fauzia (2013) dalam Islamic Philanthropy in Indonesia, digitalisasi telah meningkatkan efektivitas distribusi dana zakat, infak, dan sedekah. Dengan memanfaatkan jaringan yang luas, alumni IMM dapat menciptakan sinergi antara sektor ekonomi dan sosial untuk membangun kesejahteraan masyarakat secara lebih inklusif dan berkelanjutan.
Di ranah politik dan pendidikan, alumni IMM berperan dalam penguatan kepemimpinan serta pengembangan sistem pendidikan berbasis digital. Dalam politik, mereka dapat menjadi agen perubahan dalam memperjuangkan kebijakan publik yang berorientasi pada keadilan sosial. Sementara dalam pendidikan, alumni yang berprofesi sebagai akademisi dan praktisi dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan akses pembelajaran, sebagaimana dikemukakan oleh Selwyn (2016) dalam Education and Digital Technology. Hal ini dapat terwujud jika networking antaralumni dikelola dengan intensif.
Peluang lainnya terletak pada jaringan yang dimiliki Muhammadiyah. Sebagai organisasi induk, Muhammadiyah memiliki jejaring luas di berbagai bidang, mulai dari pendidikan, kesehatan, sosial, hingga ekonomi. Dengan dukungan ini, alumni IMM dapat lebih mudah mengakses sumber daya serta menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga strategis.

Alumni IMM dalam Politik dan Akademik
Banyak alumni IMM yang telah sukses di dunia politik dan kebijakan publik, seperti:
- Ahmad Labib, anggota DPR RI yang ahli dalam mengelola relasi politik.
- Suli Daim, anggota DPRD Jawa Timur yang telah menjabat selama tiga periode.
- Dedi Irwansha, politisi muda berbakat anggota DPRD Jawa Timur.
- Muthohirin, Wakil Wali Kota Malang dengan prospek politik yang cerah.
Di dunia akademik, alumni IMM juga memiliki kesempatan besar untuk berkembang. Beberapa akademisi yang lahir dari IMM antara lain:
- Prof Dr Fauzan MPd, Wakil Menteri Riset, Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
- Prof Dr Biyanto MAg, staf ahli di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
- Dr Sholihin Fanani, tokoh pendidikan dan ulama dengan gagasan inovatif.
- Dr Sulthon Amien, pengusaha bidang kesehatan dan tokoh ulama.
- Dr Mundakir SKep, Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya.
- Prof Dr Abdul Azis, Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan.
Selain itu, ada nama-nama lain seperti Choirul Anam (praktisi pemilu dan aktivis demokrasi) serta Najih Prasetyo (Sekjen Pemuda Muhammadiyah), yang menunjukkan besarnya potensi alumni IMM.
Tantangan Diaspora
Meski memiliki banyak peluang, diaspora alumni IMM juga menghadapi berbagai tantangan, seperti:
- Kurangnya Sinergi Antar Kader dan Alumni
Banyak alumni yang telah sukses di berbagai bidang, namun hubungan dengan kader aktif masih lemah. Ini menghambat akselerasi diaspora alumni IMM. - Minimnya Pemanfaatan Teknologi Digital
Masih banyak alumni IMM yang belum memanfaatkan teknologi secara optimal untuk memperluas jaringan. - Dinamika Politik yang Tidak Stabil
Alumni IMM yang berkiprah di dunia politik sering kali menghadapi dinamika yang tidak stabil, perubahan kebijakan, serta tekanan dari berbagai pihak.
Dalam memahami tantangan ini, teori Modal Sosial dari Pierre Bourdieu dapat digunakan sebagai acuan. Modal sosial menjadi faktor utama dalam memperluas jaringan dan membangun hubungan kuat antar alumni serta dengan pihak eksternal. Dengan strategi yang tepat, alumni IMM dapat lebih mudah mengakses peluang di berbagai sektor.
Kesimpulan
Musywil V Fokal IMM Jawa Timur harus menjadi momentum strategis untuk membangun sinergi dan kolaborasi potensi seluruh alumni dalam memperluas diaspora kader. Dengan memahami peluang dan tantangan yang ada, IMM dapat mengembangkan strategi efektif dalam meningkatkan peran kader di berbagai sektor. Tantangan klasik yang ada harus dihadapi dengan kepemimpinan kolektif agar mampu mengoordinasikan potensi dan energi kader secara maksimal.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam al-Quran:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. al-Ma’idah: 2)
Mengutip pendapat Azyumardi Azra dalam Historiografi Islam Kontemporer (2002), kepemimpinan kolektif bukan hanya bagian dari tradisi Islam, tetapi juga merupakan strategi efektif dalam mencapai tujuan bersama.
Oleh karena itu, mari kita satukan komitmen bahwa Musywil V Fokal IMM Jawa Timur bukan sekadar ajang perebutan suara, melainkan wadah untuk menyinergikan energi dan mengkolaborasikan gagasan guna memberdayakan kader menuju Islam yang berkemajuan.
Sebagai penutup, mungkin kita tidak memainkan alat musik yang sama, tetapi kita dapat menciptakan aransemen yang harmonis dan penuh kebersamaan. Selamat bermusyawarah! Semoga Fokal IMM Jawa Timur terus menjadi inspirasi dan energi kebersamaan menuju Jawa Timur yang lebih maju. Wallahu al-Musta’an. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah