
PWMU.CO – Di tengah perkembangan pesat dunia bisnis, Muhammadiyah menyadari pentingnya perubahan mindset, terutama dalam melihat bisnis sebagai sarana yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga membawa berkah. Hal itu ditegaskan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhadjir Efendy dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) bidang Ekonomi Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Agenda diselanggarakan pada Rabu (26/02/2025) itu berlokasi di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia dan terus mendorong perubahan dalam berbagai sektor, termasuk ekonomi. Menurutnya, banyak warga Muhammadiyah yang masih memandang dunia usaha dengan skeptis, menganggapnya “kotor” karena adanya praktik kecurangan dan permainan dalam perdagangan. Oleh karena itu, Muhammadiyah bertekad untuk mengubah pandangan ini dan menciptakan peluang bisnis yang mengutamakan etika, kejujuran, dan prinsip agama yang kuat.
Muhadjir mengatakan, konsep kapitalisme religius menjadi landasan utama dalam pembangunan ekonomi ini. Muhammadiyah ingin menunjukkan bahwa bisnis tidak harus berseberangan dengan nilai-nilai agama. Kapitalisme yang dibangun dengan etika agama yang kuat tidak hanya menguntungkan, tetapi juga mendatangkan kebaikan bagi semua pihak.
Dengan pendekatan ini, Muhammadiyah berusaha menumbuhkan para kapitalis yang sangat agamis, dan memiliki tanggung jawab sosial dan moral dalam setiap langkah bisnis yang diambil. Serta menekankan pentingnya pemahaman bahwa bisnis harus dijalankan dengan landasan etika yang kuat.
“Kapitalisme yang lahir dengan prinsip agama yang kuat tidak hanya menguntungkan, tetapi juga membawa berkah bagi umat,” ujarnya.
Ekonomi Muhammadiyah
Di sisi lain, pembinaan birokrasi Muhammadiyah juga menjadi fokus penting. Untuk merespons dinamika zaman yang terus berubah, organisasi ini menyadari bahwa birokrasi yang kaku tidak lagi efektif. Oleh karena itu, Muhammadiyah berkomitmen untuk membangun sistem yang lebih fleksibel dan inklusif, mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan, serta mendukung keberlangsungan bisnis dan usaha yang dijalankan.
Salah satu inovasi menarik adalah dalam hal kepemilikan bisnis. Muhammadiyah menyadari bahwa bisnis yang sukses tidak hanya dapat dimiliki oleh pengurus organisasi, tetapi juga bisa dibagi dengan warga Muhammadiyah atau mitra yang terlibat. Hal ini membuka kesempatan bagi lebih banyak orang untuk berpartisipasi dalam ekonomi, tidak hanya dalam skala individu tetapi juga secara kolektif. Ini adalah salah satu langkah penting untuk memastikan bahwa bisnis Muhammadiyah dapat berkembang secara inklusif dan berkelanjutan.
Peluang lebih besar hadir dalam dunia ritel, yang diharapkan menjadi tempat distribusi utama produk-produk berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau. Dengan adanya outlet ritel, produk dari UMKM warga Muhammadiyah dapat lebih mudah diakses, memberikan peluang pasar yang lebih luas bagi produk lokal. Tentunya, produk yang dijual harus memenuhi standar kelayakan, baik dari segi kualitas maupun kemasan. Jika ada produk yang belum memenuhi standar, outlet memiliki kewajiban untuk membina produk tersebut agar dapat lebih diterima di pasar.
“Kemudian kita mengontrol sendiri sirkulasi barang yang ada di Mentari Mart, tanpa ada campur tangan dari pihak manapun dan diatur oleh manajemen Muhammadiyah,” jelasnya.