
PWMU CO-Lima Syarat Baldah Thayyibah disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr dr Sukadiono MM dalam Kajian Ramadhan 1446 H di Dome Universitas Muhammadiyah Lamongan Jawa Timur (Umla), Sabtu (8/3/2025).
Acara ini dihadiri 3000 warga persyarikatan Muhammadiyah se-Jawa Timur dengan mengusung tema Baldah Thayyibah: Refleksi untuk Negeri.
Mengawali sambutannya Sukadiono panggilan akrabnya menyampaikan terima kasih kepada Rektor Umla Prof Dr A Aziz Alimul Hidayat MKes dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan yang telah bersedia menjadi tuan rumah Kajian Ramadhan 1446 H.
“Alhamdulillah dengan persiapan dan perjuangan yang sangat keras telah menyediakan tempat dan lain sebagainya sudah disiapkan dan insya Allah nanti sore juga akan disiapkan berbagai macam kuliner khas Lamongan,” ujarnya.
Sukadiono menyampaikan rasa bangga pada Rektor Umla. “Pak rektor ini tidak boleh diingkari kalau beliau ini adalah kadernya Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya jadi stylenya ya seperti rektor (UM) Surabaya terdahulu,” ungkapnya.
Menurutnya Rektor Umla sudah membuktikan dalam waktu singkat rentan waktu 10 hari memperbaiki dan mempersiapkan bangunan Dome ini dengan gaya Bandung Bondowoso Lamongannya.
“Alhamdulillah ternyata jadi dan sudah setengah representatif dan insya Allah nanti tahun 2027 sudah layak ditunjuk sebagai tuan rumah Musyawarah Wilayah (Musywil) PWM Jawa Timur,” tuturnya diikuti tepuk riuh para peserta kajian.
Sukadiono juga menyampaikan permintaan maaf atas nama Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi tidak bisa hadir karena sakit.
“Mohon doanya Bapak ibu, semoga Bapak Haedar Nashir diberi kesehatan dan kekuatan Agar bisa beraktifitas kembali,” ucapnya.
Lima Syarat Negara Baldah Thayyibah
Sukadiono menyampaikan dalam Kajian Ramadhan kali ini mengambil tema Baldah Thayyibah: Refleksi Untuk Negeri yaitu negeri yang baik.
“Saya pernah membaca sebuah artikel di Suara Muhammadiyah mungkin sekitar tahun 2020 ada lima syarat agar sebuah negeri itu menjadi negeri yang baik dan negeri yang selalu diampuni oleh Allah,” ujarnya.
Pertama, masyarakatnya harus ikhlas beribadah kepada Allah, sesuai Firman Allah surat Al-A’raf ayat 96 yang artinya Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.
“Jadi jikalau penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa kepada Allah maka Allah akan memberikan keberkahan dari langit dan bumi tetapi manakala kita mendustakan seperti berbuat korupsi berbuat kolusi dan lain sebagainya maka yang terjadi Allah akan memberikan hukuman kepada kita,” sitirnya.
Kedua, lanjutnya, Akhlak dari para pemimpin selalu terjaga. “Pemimpinnya bisa dipercaya, bisa menjaga amanah yang diberikan kepadanya,” lanjutnya.
Maka menurutnya, Muhammadiyah punya tanggung jawab dan kita lihat bagaimana mega korupsi sangat luar biasa di Indonesia.
“Itu sudah menggambarkan bagaimana akhlak dari pemimpin kalau tidak terjaga atau tidak bisa menjaga keamanannya maka jangan berharap Bangsa Indonesia akan bisa membentuk Baldah Thayyibah, negeri yang baik negeri yang senantiasa mendapat ampunan dari Allah,” paparnya.
Maka di sinilah Bapak Ibu sekalian, tambahnya, kalau kemudian ada diaspora kader Muhammadiyah itu mohon bisa dipahami itu bagian dari kontribusi Muhammadiyah untuk mengurangi pemimpin-pemimpin yang karakternya tidak amanah.
“Insya Allah kader-kader Muhammadiyah itu punya komitmen, bisa menjaga amanah jadi kalau kemudian ada kader-kader Muhammadiyah yang mendapat amanah di pemerintahan mohon didukung dan disupport untuk menjadi bagian dari negara ini,” tambahnya.
Ketiga, punya komitmen untuk menjadi bagian dari pemimpin-pemimpin bangsa yang menjaga amanah dan tidak akan melakukan hal-hal yang bisa menghancurkan negara ini.
Keempat, menjaga keseimbangan dunia dan akhirat. “Saya kira itu tugas kita semua sebagai warga Muhammadiyah bagaimana tetap menyeimbangkan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat,” lanjutnya.
Dan yang kelima, menurut Sukadiono adalah Taubat Nasuha bagi koruptor atau orang-orang yang tidak menjalankan amanah.
“Pemimpin yang tidak menjalankan amanah itu mestinya harus menjalankan taubatan nasuha, tetapi kadang-kadang mereka korupsi senang dihukum karena celengannya sudah banyak jadi ini saya kira yang memang harus ditegakkan keadilan serta tegaknya hukuman tanpa memandang bulu,” tuturnya.
Insya Allah kalau lima hal ini dipenuhi, imbuhnya, Baldah Thayyibah akan bisa kita bentuk di Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini.
“Maka pada Kajian Ramadhan kali ini kita hadirkan tokoh yang akan membedah seperti apa Baldah Thayyibah menurut Alquran dan Hadits,” harapnya.
Semoga acara ini sukses, dan kita semua akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
“Semoga Negara Indonesia menjadi negara yang Baldah Thayyibah negara yang baik, yang dicintai Allah dan negara yang mendapat ampunan dari Allah,” pungkasnya. (*)
Penulis Musyrifah Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan