
PWMU.CO- Kajian Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur kembali digelar di Dome Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) pada Sabtu (8/3/2025).
Acara ini menjadi ajang diskusi intelektual yang menghadirkan berbagai pemikiran strategis untuk kemajuan bangsa.
Salah satu sesi yang menarik perhatian dalam Panel II adalah kehadiran Prof Dr Din Syamsuddin MA PhD, yang membahas tema Baldah Thayyibah: Refleksi untuk Negeri.
Lebih dari 3.000 peserta dari berbagai daerah di Jawa Timur turut hadir untuk menyimak pemaparan tokoh Muhammadiyah ini.
Mencari Makna Baldah Thayyibah
Dalam kajiannya, Prof Din Syamsuddin mengawali pembahasan dengan mengajak peserta untuk memahami konsep Baldah Thayyibah dalam konteks kebangsaan.
Ia menjelaskan bahwa istilah ini bukan sekadar merujuk pada negeri yang subur secara fisik, tetapi juga memiliki tatanan sosial yang adil dan makmur.
“Baldah Thayyibah tidak hanya berarti negeri dengan kekayaan alam yang melimpah, tetapi juga negeri yang memiliki sumber daya manusia yang berbudi luhur serta pemerintahan yang berkeadilan,” ujar Prof Din.
Ia menekankan bahwa konsep ini telah banyak dijelaskan dalam al-Qur’an dan sejarah peradaban Islam, termasuk dalam kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis di negeri Saba.
Menurutnya, negeri yang maju harus memiliki keseimbangan antara infrastruktur fisik dan infrastruktur nonfisik, yaitu nilai-nilai moral dan spiritual.
Refleksi untuk Indonesia
Dalam konteks Indonesia, Prof Din menyebut bahwa cita-cita Baldah Thayyibah sudah tertanam dalam dasar negara, yakni Pancasila.
Menurutnya, sila pertama hingga kelima mencerminkan nilai-nilai keadilan sosial, persatuan, serta kesejahteraan yang selaras dengan konsep Baldah Thayyibah.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa tantangan utama saat ini adalah bagaimana menjaga nilai-nilai tersebut tetap relevan dan diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Reformasi politik dan perubahan konstitusi yang terjadi sejak era reformasi perlu terus dikaji agar tetap sejalan dengan visi keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Prof Din juga menyoroti pentingnya kepemimpinan yang berintegritas dan visi yang jelas dalam membangun bangsa.
Ia mencontohkan bagaimana Rasulullah membangun Madinah sebagai peradaban unggul dengan menanamkan nilai-nilai kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan umat.
Di akhir paparannya, Prof Din menekankan bahwa Muhammadiyah memiliki peran strategis dalam mewujudkan Baldah Thayyibah di Indonesia.
Sebagai gerakan Islam yang berorientasi pada dakwah dan pendidikan, Muhammadiyah dapat berkontribusi dalam membangun sumber daya manusia yang unggul serta memperkuat moral dan spiritual bangsa.
Ia juga mengajak seluruh peserta kajian untuk terus berkontribusi dalam kehidupan sosial dan politik dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan kebangsaan.
“Kita harus menjadi bagian dari solusi, bukan hanya pengamat. Mewujudkan Baldah Thayyibah adalah tanggung jawab kita bersama,” tutupnya. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan