
PWMU.CO – Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) PP Muhammadiyah, Prof Dr KH Khoiruddin Bashori MSi, menjadi pemateri dalam Baitul Arqam Guru dan Tenaga Kependidikan se-PCM Ngagel 1446 H yang digelar pada Sabtu (15/3/2025) di Smamda Tower. Dalam sesi bertajuk Mencintai Cobaan, ia menekankan bahwa setiap manusia akan selalu diuji, baik dengan kebaikan maupun keburukan.
“Setiap manusia yang hidup pasti akan selalu diuji dengan kebaikan ataupun keburukan,” ungkap Prof Khoiruddin membuka materinya.
Salah satu poin penting yang ia sampaikan adalah mengenai prevalensi gangguan mental pada remaja di Indonesia. Berdasarkan Survei Kesehatan Mental Remaja Nasional Indonesia (I-NAMHS) tahun 2022, 1 dari 3 remaja (34,9%) atau sekitar 15,5 juta remaja mengalami masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Selain itu, 1 dari 20 remaja (5,5%) atau sekitar 2,45 juta remaja didiagnosis mengalami setidaknya satu gangguan mental dalam periode yang sama. Namun, hanya 2,6% dari mereka yang mengakses layanan dukungan atau konseling dalam setahun terakhir.
Selain remaja, masalah kesehatan mental juga banyak dialami oleh penduduk dewasa. Data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, sementara lebih dari 12 juta mengalami depresi. Pada Januari 2025, Menteri Kesehatan memperkirakan sekitar 30% dari total 280 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan mental.
Dalam paparannya, Prof. Khoiruddin juga menyoroti konsep kesehatan mental dalam Islam. Menurut UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, kesehatan mental adalah kondisi di mana individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga mampu menyadari potensinya, mengatasi tekanan, bekerja secara produktif, dan berkontribusi bagi masyarakat. Dalam perspektif Islam, kesehatan mental harus berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa aspek kesehatan mental mencakup keserasian fungsi kejiwaan, kemampuan menyesuaikan diri, keimanan dan ketakwaan, tujuan hidup yang bermakna, serta kebermanfaatan bagi orang lain.
Prof. Khoiruddin juga mengutip Surah al-Baqarah ayat 183, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Menurutnya, tujuan puasa adalah mencapai ketakwaan dan kebahagiaan.
Selain itu, dalam Surah Al-Baqarah ayat 189, Allah berfirman: “Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, ‘Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.’ Bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan itu adalah (kebajikan) orang yang bertakwa. Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
Terkait kebahagiaan atau Subjective Well-Being (SWB), ia menjelaskan bahwa kebahagiaan terdiri dari tiga aspek utama, yaitu kepuasan hidup (life satisfaction), emosi positif (positive affect), dan emosi negatif (negative affect). Menurutnya, ada tiga kunci utama untuk meraih kebahagiaan, yaitu ikhlas, sabar, dan syukur.
“Kebahagiaan akan selalu hadir jika suka dan duka dinilai sama,” tutupnya. (*)
Penulis Pega Mustika Editor Wildan Nanda Rahmatullah