
PWMU.CO – Materi Tanggung Jawab Warga Muhammadiyah terhadap Gerakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi sesi pamungkas dalam kegiatan Baitul Arqam hari pertama, Sabtu (15/3/2025). Materi ini disampaikan oleh Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya yang membidangi Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM), Drs H Mohammad Lutfi.
Di hadapan 415 guru dan tenaga kependidikan (GTK) se-wilayah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngagel, Lutfi menekankan pentingnya sinergi antar-majelis dan lembaga. Ia mencontohkan kolaborasi antara Majelis Tabligh dan LPCRPM. “Majelis berperan dalam dakwah, sedangkan LPCRPM mengelola manajemennya,” ungkapnya.
Terkait dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Wakil Ketua PDM Surabaya ini menjelaskan bahwa terdapat dua tugas utama yang harus diemban, yakni sebagai duta dan manajer.
Sebagai duta, lanjutnya, setiap warga Muhammadiyah harus mampu menampilkan identitas Muhammadiyah dalam kehidupan sehari-hari. “Jika ada orang yang ingin mengetahui Muhammadiyah, cukup melihat Bapak/Ibu—bagaimana amaliah, ibadah, dan keseharian kita. Terlebih jika kita tinggal di lingkungan yang bukan Muhammadiyah. Setiap dari kita membawa misi dakwah,” ujarnya dalam kegiatan yang digelar di Smamda Tower tersebut.
Tugas berikutnya adalah sebagai manajer. “Ketika mendengar kata ‘manajer,’ apa yang terlintas dalam pikiran kita?” tanyanya. Ia menjelaskan bahwa seorang manajer bertanggung jawab mengelola dan mengatur strategi secara taktis agar hasil yang dicapai maksimal.
Agar kedua tugas tersebut dapat dijalankan dengan baik, Pak Lutfi menekankan tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, memahami visi dan misi Muhammadiyah. “Arah gerakan Muhammadiyah adalah memurnikan ajaran Islam sesuai dengan tuntunan yang sebenar-benarnya,” jelasnya.
Kedua, menaati aturan persyarikatan. “Jika kita menyimpang dari aturan, maka tugas kita tidak akan berhasil,” tambahnya.
Ketiga, memiliki ilmu dan keahlian di bidang masing-masing. “Apapun tugas yang kita emban, jika tidak memiliki ilmunya, maka kita tidak akan berhasil,” tegasnya.
Sebagai penutup, ia berpesan kepada para guru agar menjalankan tugasnya bukan hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai bentuk ibadah. “Apa yang kita lakukan dalam tugas kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah,” pesannya. (*)
Penulis Azizah Editor Wildan Nanda Rahmatullah