
PWMU.CO – Legislator adalah penyambung lidah rakyat. Masukan-masukan dari masyarakat akan dibahas dalam rapat-rapat dewan. Selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan menyusun program-program selama 1 tahun kemudian.
Keputusan politik dari legislatif dan eksekutif ini akan diimplementasikan pada kebijakan-kebijakan yang pro rakyat.
“Memilih pemimpin itu harus amanah, apabila diberi kepercayaan ya harus dilaksanakan. Kemudian jujur yang dalam artian mengatakan sesuai apa yang dilakukan,” terang dr Zuhrotul Mar’ah, Ketua LHKP PDM Surabaya yang juga anggota DPRD Surabaya.
Orang cerdas itu memberikan solusi maupun pendapat. Selain itu juga mau menerima saran-saran yang diterimanya. Bukan pemimpin yang pintar, nantinya malah bisa jadi “minteri” orang lain.
Apabila warga Surabaya punya NIK Surabaya, bisa mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit Pemerintah Kota Surabaya. Itu merupakan bentuk kebijakan politik. Jadi jangan sampai kita buta politik, tidak melek politik.
“Tapi ada kala di Surabaya orang tua yang lebih mementingkan untuk membeli rokok maupun skincare. Sedangkan dalam pendidikan dan kesehatan mereka abai,” tutur dr Zuhroh pada sesi ke 2 Baitul Arqom Tapak Suci 06 Surabaya Ahad (16/03/2025) di Auditorium at-Tauhid Tower UM Surabaya.
Di bagian lain, pembelajaran politik di Tapak Suci dibahas lebih lanjut oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Internasionalisasi Universitas Brawijaya, Prof Andi Kurniawan SPi MEng DSc.
Aristoteles mengatakan usaha yang dilakukan bersama oleh warga negara itulah politik. Politik tidak suap, politik tidak hanya berbicara pemilu. Kalau politik sebagai suatu keharusan, maka Tapak Suci harus tahu akan politik.
Prof Andi Kurniawan juga mengatakan bahwa orang-orang baik kalau mengatakan politik itu kotor, maka dalam politik akan diisi oleh orang-orang yang tidak baik. Pendekar dan Kader Tapak Suci harus benar-benar memikirkan bagaimana politik itu agar bisa baik.
“Rasulullah SAW pasti melaksanakan politik. Maka politik bukan bahan haram. Piagam Madinah dokumen politik pertama di dunia,” tegas Prof Andi Kurniawan.
Walau Tapak Suci bukan organisasi politik, tetapi harus mempersiapkan kader yang sadar politik dan memiliki integritas. Yang mau datang ke masjid sudah pasti mau mengaji. Beda dengan orang yang mau belajar pencak, belum tentu mau mengaji.
Ideologi, politik, strategi, dan taktik merupakan konsep yang saling berkaitan dalam pengelolaan kekuasaan, pengambilan keputusan, dan perencanaan tindakan dalam berbagai bidang, termasuk pemerintahan, militer, bisnis, dan organisasi.
“Doa pembuka saat latihan Tapak Suci merupakan penanaman ideologi dan politik bagi Tapak Suci. Lalu dilanjutkan dengan adanya strategi dan taktik perlu dilakukan Tapak Suci dengan pelatihan-pelatihan maupun eksebisi merupakan sebagai upaya untuk mendukung dakwah Islam melalui Muhammadiyah,” lanjutnya.(*)
Penulis Anang Dony Irawan Editor Zahrah Khairani Karim